Banyak perusahaan memberikan fasilitas jaminan kesehatan yang cukup baik kepada para karyawannya.
Perusahaan mengganti biaya rawat inap, rawat jalan, imunisasi hingga membeli kaca mata. Tidak hanya untuk karyawan, tetapi juga untuk keluarga karyawan.
Situasi seperti ini terkadang membuat karyawan menjadi terlena. Di satu sisi, tunjangan kesehatan yang bagus, justru membuat karyawan menjadi tidak mandiri. Semua urusan kesehatan tergantung pada perusahaan. Karyawan mengabaikan pentingnya asuransi kesehatan mandiri.
Tunjangan-tunjangan lain, tidak hanya kesehatan, membuat gaya hidup karyawan berada di atas gaji pokoknya. Ketika masih produktif, berbagai tunjangan memang menunjang gaya hidup. Tidak begitu ketika sudah pensiun atau berhenti bekerja karena suatu sebab.
Memilih layanan kesehatan kelas 1, VIP, atau bepergian di kelas bisnis, masih dimungkinkan karena fasiltas dari perusahaan. Keadaan akan jauh berbeda ketika karyawan memasuki masa pensiun.
Penghasilan ketika pensiun tentu tidak sebanyak ketika masih produktif bekerja. Berbagai tunjangan seperti tunjangan transportasi, tunjangan kesehatan, dan tunjangan jabatan akan berkurang bahkan hilang.
Di sisi lain, pengeluaran ketika pensiun tidak berarti menurun drastis. Pengeluaran ongkos ke kantor tentu menurun. Sebaliknya, biaya kesehatan tentu akan meningkat karena tunjangan kesehatan berkurang atau dihapuskan. Padahal, setiap tahun biaya kesehatan terus meningkat. Sementara, semakin bertambah tahun, badan sudah banyak terkena penyakit.
Membeli asuransi kesehatan
Sebenarnya, ada cara untuk menyiasati kebutuhan kesehatan di masa pensiun. Tetap melanjutkan iuran BPJS Kesehatan merupakan salah satu caranya. Setelah pensiun, kita akan menjadi peserta mandiri, karena perusahaan bisa jadi tidak lagi membayarkan iuran BPJS Kesehatan.
BPJS Kesehatan memberikan banyak fasilitas untuk mengatasi keluhan kesehatan. Hanya saja, sering kali kita harus mengantre panjang hanya sekadar untuk mendaftarkan diri ke dokter. Bahkan untuk mendapatkan layanan serius seperti melakukan operasi besar, diperlukan waktu hingga berbulan-bulan.
Inilah pengorbanan yang harus dijalani. Berbeda situasinya seperti ketika kita masih mendapatkan fasilitas perusahaan yang memungkinkan langsung mengakses layanan kelas VIP dan berbagai tindakan kesehatan dengan segera.
Cara lain adalah tetap memiliki asuransi kesehatan ketika produktif atau ketika perusahaan masih memberikan tunjangan kesehatan. Jadi, kita memiliki dua lapis perlindungan kesehatan yaitu dari perusahaan dan dari polis asuransi yang kita bayar sendiri.
Polis yang paling ideal adalah polis asuransi kesehatan saja, tidak dicampur dengan asuransi jiwa atau investasi.
Polis yang paling ideal adalah polis asuransi kesehatan saja, tidak dicampur dengan asuransi jiwa atau investasi. Selain itu, pahami cakupannya. Ada beberapa produk asuransi yang memberikan penggantian sesuai biaya yang kita keluarkan.
Ada pula yang memberikan pagu pada setiap pengeluaran. Bandingkan saja produk-produk dari beberapa perusahaan asuransi sehingga kita dapat memilih salah satu yang paling cocok untuk kita.
Asuransi kesehatan jenis ini biasanya berdurasi satu tahun dan akan hangus jika tidak terjadi klaim. Setiap tahun, biaya kesehatan akan naik seiring dengan kenaikan usia. Semakin tinggi usia, tentu semakin besar risiko kita terkena penyakit.
Apakah perlu asuransi kesehatan penyakit kritis? Asuransi penyakit kritis ideal dimiliki jika asuransi kesehatan untuk penyakit umum sudah di tangan. Jika dicermati, klausul untuk dapat mengajukan klaim pada penyakit kritis sangat sulit untuk segera dipenuhi.
Apakah perlu asuransi kesehatan penyakit kritis?
Semisal, untuk dapat mengklaim penyakit ginjal, ada polis yang mempersyaratkan pemegangnya harus menjalani dahulu cuci darah terlebih dahulu, barulah klaim dapat cair. Padahal, untuk mencapai tahapan cuci darah ada perjalanan penyakit yang harus dilalui dan memerlukan biaya juga.
Ketika sakit, mungkin ada sebagian biaya yang tidak dibayar sepenuhnya oleh perusahaan. Kekurangan ini dapat ditutupi dengan mengajukan klaim asuransi kesehatan yang kita miliki.
Memang, memiliki tunjangan kesehatan dan asuransi kesehatan tidak dimaksudkan untuk mengambil keuntungan. Kedua fasilitas tersebut saling melengkapi tetapi tidak dimaksudkan untuk mendapatkan keuntungan.
Mengapa tidak membeli polis asuransi kesehatan ketika masa pensiun tiba? Usia pensiun biasanya jatuh pada usia 55 tahun ke atas. Membeli polis pada usia tersebut, akan membuat premi yang harus dibayarkan menjadi sangat mahal. Apalagi untuk mantan karyawan yang memiliki pekerjaan berisiko tinggi.
Baca juga: Timbang-timbang Sebelum Pensiun Dini
Perusahaan asuransi sudah memperhitungkan berbagai risiko atau penyakit yang mungkin diidap di usia di atas 50-an. Selain itu, ketika kita sudah memiliki penyakit tertentu misalnya hipertensi atau pernah dioperasi, tidak ada perusahaan asuransi yang akan menerima.
Kalau pun ada, penyakit-penyakit yang pernah kita derita akan dikecualikan dari cakupan asuransi. Misalnya, ketika kita pernah menderita hipertensi sebelum mengajukan pembelian polis, perusahaan asuransi tidak akan membayar klaim perawatan rumah sakit terkait penyakit hipertensi tersebut. Jadi, selain premi mahal, ada kemungkinan tidak ada perusahaan asuransi yang mau menerima kita.
Tunjangan kesehatan dari perusahaan yang mencakup keluarga, termasuk istri/suami dan anak, membuat banyak karyawan terlena. Keluarga karyawan yang hanya bergantung pada tunjangan kesehatan perusahaan, akan merasakan beban semakin berat ketika pensiun.
Biaya untuk iuran BPJS Kesehatan maupun polis asuransi kesehatan akan semakin besar karena usia yang semakin bertambah dan pos pengeluaran ini tidak pernah ada sebelumnya.
Baca juga: Investasi Receh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar