Cari Blog Ini

Bidvertiser

Rabu, 13 November 2019

TAJUK RENCANA Politik Merangkul, Bukan Memukul

Drama politik itu terbagi dalam tiga segmen. Pertama, tentang Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh yang merupakan pendukung pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin berangkulan dengan Presiden Partai Keadilan Sejahtera Sohibul Iman yang mendukung pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Segmen kedua, Presiden Joko Widodo yang mengomentari berangkulannya Surya Paloh dan Sohibul Iman, yang kemudian dibalas oleh Surya Paloh. Segmen ketiga, berangkulannya Joko Widodo dengan Surya Paloh dan jabat erat Sohibul Iman dengan Jokowi pada acara peringatan HUT Ke-8 Partai Nasdem.

Dalam pidatonya, Presiden Jokowi pun menegaskan bahwa rangkulan itu sebuah tradisi yang baik karena didasari niat untuk menjaga persatuan, kerukunan, dan menjalankan komitmen kenegaraan (Kompas, Selasa 12/11/2019).

Di tengah polarisasi masyarakat yang menguat pasca-Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014 dan 2019, pertunjukan politik tersebut menghadirkan suasana kedamaian. Ibarat sebuah pertunjukan teater, adegan berakhir dengan happy ending. Penonton pun bersorak. "Damai itu indah". "Politik kita makin dewasa". Begitu komentar atau cuitan yang muncul di linimasa.

Dalam tradisi perebutan kekuasaan, yang biasanya kerap terjadi justru sebaliknya, bahkan berakhir tragis. Para aktor politik berperan sebagai tokoh antagonis. Mereka bukanlah sosok-sosok yang mempersatukan, tetapi justru memorakporandakan. Demi merebut kekuasaan, bahkan biasa membinasakan. Manusia sering menikam manusia lainnya, demikian dideskripsikan Plautus.

ANTARA/INDRIANTO EKO SUWARSO

Presiden Joko Widodo (kiri) berpelukan dengan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh (kanan) saat menghadiri penutupan Kongres Kedua Partai Nasdem dan HUT Ke-8 Partai Nasdem, Senin (11/11/2019), di Jakarta International Teathre, Jakarta. Hasil kongres menetapkan Surya Paloh sebagai Ketua Umum periode 2019-2024.

Kalaupun persahabatan terjalin, sering dibalut kepentingan pragmatisme semata. Saat ini menjadi kawan, saat lain bisa menjadi lawan. Gaius Julius Caesar yang dikhianati dan dibunuh Marcus Junius Brutus Caepio, sahabatnya sendiri, adalah kisah yang melegenda di dunia politik. Mencermati pola kerja sama ataupun perebutan kekuasaan yang terjadi di Nusantara rasanya tidak jauh berbeda. Pertimbangan pragmatisme sering kali dominan, ketimbang yang lebih ideal.

Kerja sama partai politik dalam sejarah modern hingga Pemilu Presiden 1999, 2004, 2009, 2014, dan 2019 pun terjalin sangat cair. Ada yang menyebut koalisi yang terbangun sekadar untuk mendapatkan suara (vote seeking), mengegolkan kebijakan tertentu (policy seeking), bahkan perebutan anggaran semata (office seeking).

Adegan politik berangkulan yang diperankan Joko Widodo, Surya Paloh, dan Sohibul minimal mengingatkan kita semua ada sisi human dalam politik. Sebagaimana dicetuskan Seneca, yaitu homo homini socius, yang berarti manusia adalah teman bagi sesama manusianya. Bukan homo homini lupus, manusia adalah serigala bagi manusia lainnya. Saatnya kita tradisikan merangkul, bukan memukul, apalagi menikam.

ANTARA/PUSPA PERWITASARI
Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Surya Paloh (kiri) bersama Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sohibul Iman (tengah) dan Sekjen PKS Mustafa Kamal (kanan) berfoto bersama seusai menyampaikan hasil pertemuan tertutup kedua partai di DPP PKS, Jakarta, Rabu (30/10/2019). Pertemuan tersebut dalam rangka silaturahmi kebangsaan dan menjajaki kesamaan pandangan tentang kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Kompas, 13 November 2019

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger