Cari Blog Ini

Bidvertiser

Jumat, 12 Juli 2013

Merespons Kenaikan Bunga (Kompas)

Seperti diduga, Bank Indonesia kembali menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) dalam upaya mengendalikan tekanan inflasi dan terus melemahnya rupiah.
BI Rate naik 50 basis poin (bps) menjadi 6,5 persen. Suku bunga Fasilitas Simpanan BI juga naik 50 bps menjadi 4,75 persen, sementara suku bunga Lending Facility tetap 6,75 persen.

Langkah berani BI menaikkan BI Rate di atas ekspektasi pasar ini—ditambah kebijakan makroprudensial BI lainnya—diharapkan bisa mengurangi tekanan yang dihadapi perekonomian, baik akibat faktor eksternal maupun dalam negeri. Ini kedua kalinya BI menaikkan BI Rate, setelah 13 Juni lalu BI Rate naik dari 5,75 menjadi 6 persen.

Tak tertutup kemungkinan BI akan dipaksa lagi menaikkan BI Rate jika tekanan terhadap inflasi dan rupiah masih kuat. Kemungkinan itu terbuka, terutama dengan perkembangan global (khususnya rencana AS mengurangi stimulus ekonomi) serta tingginya inflasi dalam negeri.

Kenaikan harga barang dan jasa yang dipicu naiknya harga BBM dan kebutuhan Ramadhan/Lebaran memicu tekanan inflasi, dengan inflasi akhir tahun diperkirakan 7,2 persen. Sejumlah pengamat bahkan memperkirakan 8,7 persen. Sementara target BI 7,76 persen.

Kenaikan BI Rate akan mendorong naiknya bunga deposito dan bunga simpanan masyarakat, sekaligus mendorong naiknya bunga kredit perbankan. Kita berharap perbankan tetap rasional dalam penyesuaian suku bunga agar dampaknya pada sektor riil tidak terlalu besar.

Akibat kenaikan bunga kredit, pertumbuhan kredit yang melambat sejak awal 2013 kian tertahan. Kondisi ini juga akan berpengaruh pada perekonomian yang telah tertekan beberapa bulan terakhir, baik karena dampak global maupun dalam negeri. Kenaikan bunga kredit usaha/modal kerja terutama akan berdampak pada ekspansi kredit ke UKM dan pelaku usaha lain. Investasi akan tertahan. Perlu diwaspadai pula potensi meningkatnya kredit bermasalah.

Masyarakat juga akan menanggung beban kenaikan bunga kredit pada pinjaman seperti perumahan dan kendaraan. Kredit konsumen kemungkinan besar terpengaruh. Menurunnya kredit konsumen akan menekan pula konsumsi masyarakat. Gejala perlambatan konsumsi domestik beberapa bulan terakhir dikhawatirkan akan berlanjut.

Hal ini juga berdampak pada pertumbuhan. Perlambatan pertumbuhan PDB yang terjadi pada paruh pertama 2013 bisa berlanjut pada paruh kedua 2013. Efeknya ke penciptaan lapangan kerja. Situasi ini kian memberatkan masyarakat yang kini dihadapkan pada lonjakan harga. Bunga utang yang harus dibayar pemerintah juga meningkat.

Sampai kapan kondisi ini berlangsung? Kita berharap ini tak bertahan lama agar tak mengganggu kesinambungan ekspansi ekonomi. Koordinasi moneter dan fiskal serta kebijakan di sektor riil menjadi sangat penting di sini. Pemerintah harus mengerjakan pekerjaan rumahnya agar risiko perlambatan ekonomi keseluruhan bisa dihindari.

(Kompas cetak, 12 Juli 2013)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger