Dalam video itu tergambar jelas, ke-21 warga Kristen Koptik Mesir diarak berjalan di sebuah pantai, kemudian diperintahkan untuk berlutut, lalu dieksekusi. Melihat video yang beredar luas hari Minggu, kita tidak habis mengerti bagaimana mereka bisa dengan begitu tenang menghabisi hidup seseorang, sesama manusia.

Awal bulan ini, seorang pilot pesawat tempur Jordania, Moath al-Kassasbeh, dibakar hidup-hidup oleh kelompok bersenjata NIIS. Pekan lalu, seorang perempuan pekerja sosial asal AS, Mayla Mueller, menjadi korban berikutnya, meskipun NIIS menyatakan bahwa Mueller tewas karena menjadi korban serangan pesawat tempur Suriah. Pada waktu-waktu sebelumnya sudah banyak yang dieksekusi mati oleh NIIS, termasuk beberapa wartawan, dari Eropa dan AS, yang terakhir wartawan dari Jepang.

Jordania dan Mesir segera menjawab tindakan NIIS itu dengan melancarkan serangan udara. Pesawat-pesawat tempur Mesir menggempur kamp pelatihan NIIS cabang Libya yang dianggap bertanggung jawab atas pembunuhan 21 warga Mesir. Selama ini, AS dan sejumlah negara Eropa dan Arab, bersama-sama menggempur kekuatan NIIS di Suriah dan Irak. Namun, harus diakui, hasil yang signifikan belumlah tampak.

Kita melihat, semakin gencar upaya negara-negara itu memburu dan membunuh kaum radikal, memburu dan membunuh mereka, anggota NIIS, semakin menghasilkan generasi-generasi radikal baru, generasi-generasi NIIS baru yang lebih termotivasi. Tentu hal itu sangat mengherankan. Mengapa hal itu terjadi. Bahkan, kini banyak anggota NIIS yang berasal dari luar Suriah dan Irak. Mereka berasal dari sejumlah negara di dunia ini, termasuk Eropa dan AS, negara-negara Afrika dan Asia, serta Australia. Apa yang menggerakkan mereka: ideologi, uang, atau ada penyebab lain?

Apa pun alasannya, tindakan mereka sudah benar-benar di luar norma-norma, nilai-nilai kemanusiaan. Bukankah tidak ada satu pun agama di dunia ini yang menganjurkan para pemeluknya untuk membunuh orang lain yang tidak mereka sukai, yang mereka musuhi? Yang ada justru sebaliknya, agama menganjurkan para pemeluknya untuk menghormati dan menghargai sesama manusia. Kalau agama justru mendorong lahirnya radikalisme, fanatisme, tindak kekerasan, lalu apa yang tersisa dari agama.

Terlepas dari masalah agama tersebut, negara-negara di dunia ini yang cinta akan damai harus bersatu untuk menghadapi dan memerangi semua bentuk kekuatan yang menghancurkan peradaban, kebudayaan, dan kemanusiaan; yang menghancurkan manusia dan kemanusiaan, serta menghancurkan dunia.