Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 10 Maret 2015

TAJUK RENCANA: Dorong Kesetaraan Posisi Perempuan

Hari Perempuan Internasional dirayakan setiap tanggal 8 Maret dengan perhatian yang semakin meningkat terhadap situasi perempuan.

Perserikatan Bangsa-Bangsa mengambil tema "Planet 50-50 by 2030: Step It Up for Gender Equality" untuk peringatan tahun ini. PBB meminta pemerintah negara-negara anggota menyegerakan langkah untuk mencapai kesetaraan jender pada tahun 2030.

Pemerintah negara anggota diminta membuat komitmen nasional untuk menyelesaikan persoalan yang menghambat perempuan dan anak-anak perempuan mengembangkan potensi secara penuh.

Tiap negara menetapkan langkah sesuai situasi perempuan di tiap negara. Percepatan dapat melalui pembuatan peraturan perundang-undangan baru atau memperkuat yang ada, membuat program penghapusan kekerasan, mendorong perempuan terlibat dalam proses pengambilan keputusan, dan membuat perencanaan atau kebijakan nasional serta mengampanyekan kesetaraan jender.

Kampanye PBB tersebut berbarengan dengan berakhirnya Tujuan Pembangunan Milenium (MDG) tahun 2105 dan menjadi sangat penting karena PBB akan memulai agenda pembangunan pasca 2015.

Saat deklarasi MDG pada tahun 2000, 189 negara anggota PBB dan 23 organisasi internasional sepakat menghapus kemiskinan dan kelaparan ekstrem melalui delapan sasaran MDG. Kedelapan sasaran itu menyangkut perempuan dan anak perempuan karena tidak ada pembangunan tanpa melibatkan perempuan secara setara.

Di banyak negara, keadaan perempuan dan anak perempuan membaik, tetapi di beberapa negara kondisi mereka masih memprihatinkan. Malala Yousafzai ditembak kepalanya oleh anggota Taliban di Afganistan pada 9 Oktober 2012 saat usianya 15 tahun karena membela terbuka hak anak perempuan mendapat pendidikan.

Situasi perempuan di Indonesia membaik, tetapi banyak tantangan menunggu penyelesaian segera. Salah satu target MDG, menurunkan angka kematian ibu melahirkan menjadi 102 kematian dari 100.000 kelahiran hidup. Saat ini angkanya 359, naik dari 214 pada tahun 2010. Kekerasan fisik, ekonomi, psikis, dan seksual terus terjadi. Beberapa aturan adat dan budaya masih membatasi.

Carol Hanisch, tokoh gerakan perempuan dari New York, pada tahun 1969 memopulerkan frasa the personal is political. Jika perempuan meributkan tingginya harga cabai, beras, serta biaya pendidikan dan pemberantasan korupsi, misalnya, hal itu bersifat politis karena menyangkut pengelolaan negara.

Presiden kelima Indonesia, Megawati Soekarnoputri, dalam Pidato Kebudayaan 8 Maret menyebut, tahun 2015 penting bagi perempuan. Kini, saat menagih janji-janji politik saat kampanye kepada pemerintah baru.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 10 Maret 2015, di halaman 6 dengan judul "Dorong Kesetaraan Posisi Perempuan".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger