Keberhasilan ini dinilai sebagai sukses Bladder Diplomacy, terminologi yang dicetuskan mantan Menlu AS James Baker untuk menggambarkan kemampuan Presiden Suriah Hafez al-Assad berunding berjam-jam tanpa jeda bahkan untuk ke toilet sekalipun. Bahkan, ada yang menyamakan itu dengan perundingan nonstop 8 hari antara Menlu AS John Kerry dan Menlu Iran Javad Zarif, seperti Versailles Peace Conference 1919.
Optimisme pun merebak di barbagai bagian dunia. Tak mengherankan jika Presiden Barack Obama menyatakan kesepakatan ini akan memotong setiap langkah Iran mengembangkan senjata nuklir dan membentuk sistem pengawasan yang paling intrusif dalam sejarah.
Selanjutnya Menlu Zarif menyambutnya sebagai langkah tegas setelah lebih dari satu dasawarsa bekerja keras. Diberitakan, rakyat Iran menyambut kesepakatan ini dengan menari- nari dan membunyikan klakson sepanjang malam.
Optimisme di atas memang beralasan karena kesepakatan kerangka kerja itu menyangkut isu pokok, yaitu program nuklir Iran. Di antaranya, infrastruktur untuk pengayaan uranium dikurangi dua per tiga;
Akan tetapi, dari sudut pandang lain, optimisme ini mungkin dapat dikatakan masih prematur dengan beberapa alasan.
Melihat hutan
Pertama, masyarakat umum hanya melihat hutan dan bukan pohon. Hutan selalu indah dari jauh atau dari atas. Di dalam hutan masalah sebenarnya baru akan terlihat: sulitnya menembus kepekatan pepohonan, menyeberangi rawa-rawa, dan menghadapi binatang buas.
Kedua, kesepakatan baru berupa
Ketiga, kesepakatan ini hanya menyangkut aspek nuklir yang dikehendaki pihak Barat dan belum aspek lain yang dikehendaki Iran. Bahkan, untuk aspek nuklir masih harus disepakati bahasa yang jelas, tegas, dan detail.
Keempat, kesepakatan justru belum mencantumkan secara jelas masalah sanksi, yang justru menjadi prioritas Iran. Sejak lama sanksi dan nuklir menjadi isu "ayam dan telur": mana dulu?
Dalam
Kelima, dan ini yang terpenting, adanya posisi dasar yang masih menjadi pegangan kedua belah pihak. Presiden George Bush-menggunakan terminologi yang dipakai pada masa Perang Dunia II terhadap Jerman, Italia, dan Jepang-menyebut Iran sebagai bagian dari
Saat ini, terminologi ini masih tetap kuat di kalangan Partai Republik yang menguasai Kongres dan Senat, serta kelompok the Hawks, utamanya di kalangan militer. Sementara di Iran, ajaran Ayatollah Khomeini bahwa AS adalah Great Satan dan slogan "Marg bar Amrika!" (Death to America Death) masih melekat di masyarakat,
Masih parsial
Tidak mengherankan kalau dikatakan bahwa kesepakatan Lausanne masih awal dan parsial. Kesepakatan ini belum membahas semua isu yang disengketakan dan hanya merupakan pendahuluan dari suatu kesepakatan yang komprehensif dan detail, yang akan dirampungkan bulan Juni mendatang. Baik Presiden Obama maupun Presiden Rohani sama-sama akan menghadapi tantangan yang berat dan kompleks dari kelompok garis keras di negeri masing-masing.
Senator Mark Kirk, misalnya, pengusul sanksi baru terhadap Iran, mengatakan bahwa "
Kalau dikatakan bahwa kesepakatan ini disambut dengan sukacita di Iran, hal ini perlu disertai catatan. Pertama, sambutan ini sebenarnya tidak terlalu besar. Di Teheran hanya terpusat di salah satu jalan utama dan hanya berlangsung beberapa jam. Di sebagian besar Teheran suasana tetap tenang.
Kedua, mereka yang merayakan umumnya generasi kedua dan ketiga pasca Revolusi pada 1979. Saat Revolusi generasi kedua masih kanak-kanak, sementara generasi Ketiga sama sekali tidak mengalami. Ketiga, kesepakatan masih dibayangi isu penahanan jurnalis AS (Jason Rezaian) sejak Juli 2014.
Harus diakui bahwa proses tercapainya kesepakatan Lausanne merupakan proses diplomatik maraton terpanjang dalam sejarah modern, tetapi jalan masih panjang. Masih banyak isu yang belum dibahas, konsesi yang belum diberikan dan pertanyaan yang belum terjawab. Apalagi pihak AS menegaskan bahwa kalaupun kesepakatan ini tercapai, tetap tidak akan mengubah sikap terhadap Iran dalam isu-isu lain, seperti terorisme, hak asasi manusia, dan peluru kendali. Karena itu, slogan "
DIAN WIRENGJURITDUTA BESAR RI UNTUK REPUBLIK ISLAM IRAN; PANDANGAN PRIBADI
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 9 April 2015, di halaman 6 dengan judul "Isu Nuklir Iran".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar