Cari Blog Ini

Bidvertiser

Jumat, 10 April 2015

TAJUK RENCANA: Yaman Tak Bisa Dipimpin Satu Faksi (Kompas)

Pemerintah Iran mengirimkan dua kapal perang ke Teluk Aden, Yaman, Rabu (8/4). Kedua kapal itu akan ditempatkan di lepas pantai Aden.

Selain sebagai unjuk kekuatan, pengiriman kedua kapal perang itu juga untuk mengamankan kepentingannya di Yaman setelah serangan udara koalisi 10 negara yang dipimpin Arab Saudi.

Dengan mengirimkan kapal perang ke Aden, Iran ingin memberikan "pesan" kepada Arab Saudi untuk tidak bertindak terlalu jauh di Yaman. Walaupun Iran berkilah, pengiriman kapal itu dimaksudkan untuk melindungi kapal-kapal barang Iran dari serangan bajak laut. Seperti diketahui, apa yang terjadi di Yaman merupakan persaingan antara Iran yang mendukung klan Houthi yang beraliran Syiah dan Arab Saudi yang mendukung Presiden Abed Rabbo Mansour Hadi yang tersingkir dari ibu kota Yaman, Sana'a.

Menanggapi pengiriman kapal perang Iran itu, juru bicara militer Arab Saudi untuk operasi melawan Houthi, Brigjen Ahmed Asseri, mengatakan, "Kapal perang Iran hanya berhak berlayar di perairan internasional, tidak di wilayah teritorial Yaman."

Asseri menegaskan, selama Operasi Badai Tegas di Yaman, koalisi berhak menanggapi setiap upaya Iran mempersenjatai Houthi. Iran berkali-kali membantah telah mempersenjatai Houthi.

Bersamaan dengan pengiriman kedua kapal itu, ada tawaran menarik dari Iran. Wakil Menteri Luar Negeri Iran Morteza Sarmadi menyerukan agar semua faksi yang bertikai di Yaman bersama-sama membentuk pemerintahan untuk menyelesaikan krisis di negara tersebut.

Dalam kaitan itu, Sarmadi mendesak agar serangan militer koalisi yang dipimpin Arab Saudi, yang telah berlangsung dua pekan, dihentikan. Ia menegaskan, "Yaman tidak dapat dipimpin hanya oleh satu faksi. Semua pihak dan faksi berpengaruh di sana harus bekerja sama membentuk pemerintahan yang dapat memerintah Yaman dengan baik." Ia menambahkan, Iran akan mengambil inisiatif dan upaya apa pun untuk membantu mencapai penyelesaian politik seperti itu.

Kita bisa mencurigai dan berdebat panjang soal itikad Iran di balik tawaran itu. Namun, desakan untuk menghentikan serangan terhadap Houthi, dan tawaran membentuk pemerintahan yang mengakomodasi berbagai faksi, bisa mengakhiri jatuhnya korban jiwa yang tidak perlu.

Apa yang terjadi di Irak bisa dijadikan contoh. Ketika Pemerintah Irak didominasi kaum Syiah, pemerintahnya sangat lemah karena faksi lain tidak mendukungnya. Tentara pun terpecah. Satu per satu wilayahnya dikuasai Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS). Pemerintah Irak menyadari hal itu dan mengajak kaum Sunni serta suku Kurdi untuk bergabung sehingga pemerintahannya menjadi kuat. Secara perlahan, pemerintah merebut kembali wilayahnya dari kekuasaan NIIS.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 10 April 2015, di halaman 6 dengan judul "Yaman Tak Bisa Dipimpin Satu Faksi".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger