Cari Blog Ini

Bidvertiser

Jumat, 10 Juli 2015

Sampah di Gunung Api Purba//Tunjangan Profesi Guru‎//Truk Sampah DKI Tabrak Rumah (Surat Pembaca Kompas)

Sampah di Gunung Api Purba

Pada Sabtu (30/5), saya dan teman Unit Kegiatan Mahasiswa Pramuka UPN Veteran Yogyakarta mengadakan kegiatan di Kawasan Ekowisata Gunung Api Purba Nglanggeran, Pathuk, Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Kami mulai mendaki pada pukul 20.00 dan berkemah di Campground 2. Kawasan Ekowisata Gunung Api Purba se- karang populer di kalangan remaja. Banyak dari mereka yang berlomba-lomba mendaki. Pada pukul 05.15 keesokan harinya puncak Gunung Api Purba Nglanggeran sudah penuh dengan remaja dari sejumlah daerah. Mereka berbondong-bondong naik ke puncak melihat dan mengabadikan matahari terbit di Gunung Api Purba.

Beberapa orang membawa kamera, tripod, ponsel, tongsis, tablet, dan alat berfoto lain. Tentu ini tak jadi masalah ketika semua pendaki tertib dan mau menjaga kebersihan. Namun, saya melihat banyak dari mereka yang justru mengotori Gunung Api Purba: beberapa orang naik membawa kertas yang ditulisi dengan berbagai macam hal sebagai properti untuk berfoto. Sesudah berfoto, mereka meninggalkan kertas-kertas itu begitu saja sehingga puncak penuh sampah kertas. Para pendaki juga banyak meninggalkan puntung rokok. Sungguh menyedihkan.

Pada pukul 08.00 saya dan teman-teman dari UKM Pramuka UPN Veteran turun. Di sepanjang jalan kami menemukan banyak sampah plastik, baik bungkus makanan maupun botol bekas air minum. Kami memungut sampah itu sebisa kami dan membawanya turun untuk kami buang di tempat yang tepat. Sebagai pencinta alam, seharusnya kita menjaga—bukan mengotori—alam.

KRISTI DWI UTAMI, TAMBAK BAYAN 3/8, CATUR TUNGGAL, SLEMAN, YOGYAKARTA


Tunjangan Profesi Guru

Saya guru nirpegawai negeri sipil jenjang SMK yang lulus Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) pada 2011 bidang studi Seni Budaya. Sebagai guru nir- PNS, untuk masuk kuota sertifikasi saat itu, saya harus terlebih dulu mengikuti seleksi guru berprestasi di tingkat kota. Pada waktu itu, saya masuk nominasi untuk kategori guru SMK. Sesudah mengikuti seleksi guru berprestasi, saya baru bisa mengikuti PLPG.

Dari 2012 sampai 2014 tunjangan profesi saya terima lancar. Berbekal niat mengembangkan tugas profesional sebagai guru, tunjangan profesi guru (TPG) saya gunakan untuk biaya studi lanjut magister pendidikan yang saya selesaikan pada 10 Mei 2014.

Untuk tahun 2015, saya terkejut karena dari Januari sampai Juni tunjangan profesi guru belum saya terima lewat BNI Kantor Cabang Magelang. Padahal, pemberkasan data sudah valid dengan 28 jam/minggu mata pelajaran linear dan sertifikasi pendidik bidang studi Seni Budaya yang saya miliki. Saya juga sudah memenuhi syarat dengan adanya surat keputusan TPG yang saya terima pada 15 Mei 2015.

TPG sangat saya harapkan untuk segera dicairkan guna menunjang tugas profesi saya sebagai guru. Terlebih pemerintah tahun depan akan menerapkan kebijakan pencairan tunjangan berbasis kinerja guru yang tentunya harus saya siapkan sejak sekarang, baik dari aspek pengembangan diri, publikasi ilmiah, maupun karya inovatif.

CH DWI ANUGRAH, JL TIDAR 36 MAGELANG, JAWA TENGAH


Truk Sampah DKI Tabrak Rumah

Pada Kamis (25/6) pukul 01.30, kami sekeluarga dikejutkan bunyi keras sekali. Ketika membuka pintu rumah, kami terkejut karena truk sampah besar telah menabrak rumah/warung kami. Nomor polisi truk itu B 9014 TOQ dari Suku Dinas Kebersihan Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan.

Itu adalah kejadian kedua. Sebelumnya, hal serupa—truk sampah masuk ke rumah—terjadi pada 2 November 2013 sekitar pukul 2.

Yang terakhir telah kami adukan kepada Suku Dinas Kebersihan Jakarta Selatan, tetapi sampai surat ini kami kirim, baru diperbaiki sebagian kecil saja.

Yang menjadi pokok soal adalah bahwa lokasi pengambilan/pengangkutan sampah dari Pasar PSPT Tebet tepat di depan pintu rumah kami dan sangat curam. Truk tersebut tidak diganjal, bahkan ditinggalkan oleh sopirnya.

Mengenai lokasi yang curam (sebagai penyebab atau biang keladi) telah kami sampaikan berulang-ulang kepada Kepala Pasar PSPT, tetapi tidak ada tanggapan atau cuek.

LUKMAN, JL TEBET TIMUR DALAM RAYA 3, JAKARTA SELATAN

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 10 Juli 2015, di halaman 7 dengan judul "Surat Kepada Redaksi".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger