Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 21 Juli 2015

TAJUK RENCANA: Iran dan Peta Baru di Timur Tengah (Kompas)

Kesepakatan program nuklir antara Iran dan enam negara besar dunia telah mendorong terjadinya penyusunan ulang hubungan di Timur Tengah.

Kesepakatan antara Iran dan AS, Rusia, Inggris, Perancis, Jerman, serta Tiongkok tersebut melarang Iran memproduksi senjata nuklir. Sebagai kompensasinya, segala bentuk sanksi yang dijatuhkan terhadap Iran oleh AS, Uni Eropa, dan PBB dicabut.

Apa yang dicapai di Vienna, minggu lalu, itu disebut ditanggapi dalam berbagai reaksi. Ada yang menyebutnya sebagai "peristiwa bersejarah", tetapi ada juga yang menyebutnya sebagai "malapetaka besar". Tentu, sebutan tersebut tergantung dari sudut mana memandangnya.

Bagi AS—meski masih menunggu persetujuan Kongres—kesepakatan itu sebuah capaian, terutama bagi Presiden Barack Obama, untuk "menundukkan" Iran lewat diplomasi, bukan dengan perang. Kesepakatan itu juga capaian atau katakanlah pemenuhan janji kampanye Presiden Iran Hassan Rouhani yang ingin membuka pintu Iran bagi dunia luar; meskipun Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei secara tegas menyatakan, kesepakatan itu tidak akan mengubah kebijakan luar negeri Iran terhadap AS yang dianggapnya sebagai arogan.

Reaksi keras datang dari sekutu-sekutu AS di Timur Tengah. Mereka berpendapat, kesepakatan itu akan meningkatkan konflik sektarian di kawasan. Di negara seperti Irak, Suriah, Yaman, dan Lebanon, kelompok militannya dan pemerintah didukung oleh Iran yang Syiah menghadapi kelompok bersenjata dukungan Arab Saudi dan negara-negara lainnya yang didominasi Sunni.

Ada kekhawatiran dari negara-negara Arab, membaiknya perekonomian Iran karena dicabutnya sanksi akan meningkatkan dukungan bantuan militer kepada rezim Bashar al-Assad dan juga Hezbollah serta Houthi. Karena itu, sangat masuk akal, sebelum semua itu terjadi, Arab Saudi segera menyiapkan untuk mengirim tentara ke Yaman guna memerangi kelompok Houthi dukungan Iran.

Kesepakatan Vienna juga telah mendorong mendekatnya Arab Saudi dan Israel yang sama-sama memandang Iran sebagai ancaman. Pertemuan antara Raja Salman dari Arab Saudi dan pemimpin Hamas Khaled Meshaal juga cerminan dari usaha Arab Saudi untuk membangun hubungan baru dengan Hamas yang selama ini didukung Iran, setelah penandatanganan kesepakatan Vienna.

Pendek kata, kesepakatan Vienna telah mempertajam persaingan antara Arab Saudi dan Iran, yang pada gilirannya akan menciptakan tata hubungan baru antarnegara di kawasan, juga antara Arab dan AS. Kita berharap persaingan tersebut tidak akan memperparah kondisi Timur Tengah yang sekarang semakin tidak aman dan terjerumus dalam persaingan dan konflik bernuansa sektarian.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 21 Juli 2015, di halaman 6 dengan judul "Iran dan Peta Baru di Timur Tengah".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger