Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 20 Juli 2015

Tajuk rencana: Tragedi di Hari Lebaran (Kompas)

Lebaran kali ini tidak akan pernah terlupakan oleh rakyat Irak, terutama penduduk Khan Beni Saad, dan para pencinta damai di seluruh dunia.

Hari Jumat lalu, sebuah bom mobil berkekuatan tiga ton diledakkan di tengah pasar di Khan Beni Saad, Provinsi Diyala, yang padat pengunjung. Korban tewas lebih dari seratus orang. Ada yang menyebut korban tewas 120 orang dan 130 orang terluka; sumber lain menyebut korban tewas 115 orang dan yang terluka 170 orang.

Tragedi peledakan bom mobil di kota pertanian jagung yang pernah menjadi pangkalan udara pasukan AS pada tahun 1991 itu merupakan tragedi kemanusiaan terbesar dalam 10 tahun terakhir. Terjadinya penyerangan dengan menggunakan bom mobil itu menegaskan bahwa Irak, setelah tumbangnya Saddam Hussein (2003), terjerumus dalam perang saudara.

Situasi, terutama keamanan, di Irak bertambah buruk setelah munculnya kelompok bersenjata yang menyebut dirinya Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) sejak setahun lalu. Mereka menguasai wilayah Irak bagian utara. Dan, sasaran akhirnya adalah merebut kekuasaan di Baghdad.

NIIS ini pula yang mengklaim bertanggung jawab atas ledakan bom mobil di Pasar Khan Beni Saad. Mereka menyatakan, aksi penyerangan dengan bom mobil itu dilakukan sebagai tindakan balasan atas serangan pasukan Irak dan milisi Syiah yang didukung AS terhadap posisi NIIS di Hawiya beberapa hari terakhir.

Apa pun alasannya, sungguh sulit diterima akal sehat. Apalagi pembunuhan itu dilakukan pada saat semestinya semangat persaudaraan, semangat saling memaafkan, perdamaian dan kedamaian, diutamakan. Namun, yang terjadi justru sebaliknya, nafsu untuk membalas dendam, nafsu untuk memuaskan diri, nafsu permusuhan, bukan persaudaraan yang diunggulkan.

Nafsu angkara murka itu tidak hanya terjadi di Irak, tetapi juga terjadi di negeri kita, Indonesia, tercinta ini. Tragedi di Tolikara, Papua, memberikan gambaran yang sangat jelas bahwa masih ada persoalan besar dalam hidup berbangsa dan bernegara di negeri ini; masih ada masalah yang belum terselesaikan secara tuntas dalam hal kebinekaan di negeri ini, yang semestinya tidak menjadi persoalan karena kebinekaan adalah kenyataan yang tidak dapat dimungkiri, tidak dapat ditolak.

Semua itu, baik yang terjadi di Irak maupun di Papua, memberikan gambaran jelas tentang ketidakberadaban para pelaku. Manusia yang beradab selalu menomorsatukan akal, pikiran, dan hati, bukan emosi dan nafsu. Sampai kapan semua itu akan terus terjadi.

Dengan berat kita katakan, kita belum melihat cahaya terang perdamaian di Irak akan segera muncul. Sementara kita berharap bahwa masalah Papua segera terselesaikan.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 20 Juli 2015, di halaman 6 dengan judul "Tragedi di Hari Lebaran".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger