Harga Obat Tak Terjangkau
Saya ibu seorang putra berusia 23 tahun. April 2013, anak saya didiagnosis hepatitis C. Sejak itu, oleh dokter ia disuntik Pegintron dan menelan obat Rebetol selama enam bulan (24 minggu). Penularan virus diduga terjadi melalui transfusi darah, saat anak saya sakit demam berdarah pada 1995, pada usia dua tahun.
Tes HCV RNA pada akhir masa enam bulan pertama dan enam bulan kedua setelah pengobatan menunjukkan hasil baik (virus tidak terdeteksi). Namun, hasil tes setelah enam bulan ketiga, 4 September 2015, menunjukkan virus muncul kembali. Saya sebagai ibu merasa sedih sekali. Terlebih mengetahui penyakit tersebut dapat berkembang menjadi sirosis dan kanker hati yang sangat berbahaya.
Dokter menyarankan agar pengobatan diulang pada Desember 2015, tetapi memakai obat lain sejenis, Pegasys. Dokter juga menginformasikan, sudah ada obat hepatitis C baru bernama Sofosbuvir yang jauh lebih baik.
Saya pun mencari informasi obat tersebut di internet. Obat itu ada, tetapi belum masuk ke Indonesia. Harganya pun masih luar biasa mahal, sekitar Rp 1,1 miliar (untuk paket pengobatan 12 minggu). Tingkat kemungkinan keberhasilan obat baru tersebut sangat tinggi.
Besar harapan saya obat tersebut dapat segera masuk ke Indonesia dengan harga terjangkau. Kalau bisa dibuat versi generiknya seperti di India dan Pakistan sehingga harga per paket dapat ditekan hingga sekitar Rp 16 juta. Syukur jika obat tersebut bisa masuk daftar obat BPJS Kesehatan.
EKA WARDANINGSIH
Bekasi, Jawa Barat
Waspadai AliansiAsuransi-Bank
Saya nasabah CIMB Niaga Matraman, Jakarta Timur. Akhir Mei 2015, saya terbujuk promosi anggota staf AIA Financial & CIMB Niaga (Ibu Nova dan Ibu Siska). Sebelumnya, sudah dua kali saya ditawari dan akhirnya saya ikut juga pada 28 Mei 2015 dengan nomor polis 33415694.
Saya tertarik pada informasi bahwa danatop-up bisa berbunga seperti dana deposito, bahkan lebih besar. Yang lebih penting lagi, dana top-up bisa diambil tiap saat tanpa potongan.
Setelah berjalan tiga bulan, saya yang membutuhkan dana melapor kepada anggota staf AIA-Financial di Niaga Matraman (Ibu Nova). Ibu Nova menyarankan agar tidak menarik dana karena saat itu rate atau nilainya sedang turun. Saya sampaikan, silakan waktu penarikan diatur saat rate bagus, yang penting saya butuh seluruh dana top-upsaya.
Saya diminta membuat surat pencairan dana top-up. Bu Nova menjelaskan, akan ada pemberitahuan lebih lanjut dari AIA lewat telepon. Saya menunggu pencairan dana sampai dua pekan lebih, tetapi tidak ada berita sama sekali.
Pada 8 September 2015, saya kembali ke CIMB Niaga. Ternyata ada dana masuk dari AIA-Financial, tetapi tidak sebesar dana top-up saya.Ada potongan 12,57 persen. Saat itu juga saya mengadu kepada Bu Nova karena ada pemotongan. Ibu Nova berjanji membantu mengurus ke kantor AIA pusat. Saya diminta membuat surat komplain tertanggal 9 September 2015. Namun, hingga sepekan tidak ada kemajuan.
Saya mengadu lagi ke AIA pusat, kepada Ibu Aisyah. Ia menyarankan pertemuan dengan Ibu Nova, anggota staf AIA. Pertemuan berlangsung 15 September, tetapi tanpa hasil.
SUHARTONO
Jalan Kemuning Nomor 21, Utan Kayu Utara, Jakarta Timur
Belanja "Online"
Pada 19 September 2015, saya membeli secara online di Lazada Indonesia Asus ZenPower warna hitam dengan kode pemesanan 377622566. Namun, saat barang diterima pada 22 September, produk berwarna berbeda.
Hari itu juga, saya menyampaikan keluhan lewat telepon ke bagian pelayanan pelanggan Lazada, diterima Saudari Mila. Ia menjelaskan prosedur standar pengembalian produk, memberikan opsi pembatalan transaksi dan pengembalian uang (refund). Saya tidak bisa menerima kedua opsi karena membutuhkan barang tersebut untuk digunakan. Apalagi, pemasok produk berada di Yogyakarta, sementara saya tinggal di Pacitan. Berapa lama lagi saya harus menunggu?
Tidak lama kemudian, Lazada mengirim surat elektronik berjudul "Rangkuman Percakapan Mengenai Masalah Pengiriman". Saya balas surel tersebut dengan penegasan bahwa saya dirugikan secara materi dan waktu akibat ketidakprofesionalan Lazada dan meminta penyelesaian secepat mungkin. Namun, saya hanya diminta menunggu konfirmasi.
Harga produk tidak seberapa, tetapi waktu saya terbuang.
DARMA AGUNG SETYA IRFIANSYAH
Jambu, RT 001 RW 001, Bangunsari, Pacitan
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 17 Oktober 2015, di halaman 7 dengan judul "Surat Kepada Redaksi".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar