Pertanyaan lebih lanjut adalah apakah ada gunanya penghargaan itu diberikan? Coba lihat, sejak Hadiah Nobel Perdamaian pertama diberikan (kepada Jean Henri Dunant sebagai pendiri Palang Merah Internasional dan Frédéric Passy, salah satu pendiri utama Inter Uni Parlementer dan penyelenggara utama pertama Kongres Perdamaian Universal pada 1901), berapa banyak perang pecah di dunia ini. Sekurang-kurangnya, sejak tahun 1901, dunia dirusak dua perang dunia. Bahkan, hingga kini, perang masih berkecamuk di mana-mana, misalnya di Suriah yang menelan begitu banyak korban jiwa.
Hadiah Nobel Perdamaian tahun ini diberikan kepada koalisi serikat buruh, usahawan, aktivis hak asasi manusia, dan pengacara di Tunisia. Mereka dinilai telah memberikan sumbangan yang tegas dan menentukan bagi pembangunan demokrasi pluralistik di Tunisia setelah Revolusi Musim Semi (2011). Peran koalisi ini—yang disebut Kuartet Dialog Nasional—sangat besar untuk menghindarkan Tunisia terjerumus dalam lembah konflik sektarian berkelanjutan. Karena peran mereka, rakyat, semua pihak, semua komponen bangsa di Tunisia sadar bahwa sejak semula mereka, bangsa Tunisia, adalah plural.
Apabila dibandingkan, misalnya, dengan Libya yang sekarang masih didera dan ditelikung perang saudara, yang terjadi di Tunisia sungguh jauh di depan. Dibandingkan dengan capaian Mesir pun, Tunisia lebih unggul. Apalagi dibandingkan dengan Suriah yang hingga kini masih dikuasai nafsu saling meniadakan.
Sangat wajar muncul pertanyaan-pertanyaan tersebut, terutama dari kalangan mereka yang berpandangan pesimistis terhadap kaitan antara Hadiah Nobel Perdamaian dan usaha penciptaan perdamaian.
Akan tetapi, mereka yang berpandangan optimistis dan selalu berpikiran positif akan melihat dan berpendapat bahwa penganugerahan Hadiah Nobel Perdamaian tetaplah penting. Penting untuk memberikan penghargaan kepada mereka yang dengan segenap pikiran, hati, dan jiwa raga mengusahakan terciptanya perdamaian. Penting pula untuk memberikan dorongan kepada semua pihak agar juga mengupayakan perdamaian karena pada dasarnya semua orang, semua manusia yang normal, menginginkan perdamaian.
Oleh karena itu, kita sangat menghargai mereka yang telah berjuang mempertaruhkan segalanya, termasuk jiwa raga, demi terciptanya perdamaian. Penganugerahan Hadiah Nobel Perdamaian kepada Kuartet Dialog Nasional juga membuktikan bahwa dialog adalah satu-satunya cara untuk menciptakan perdamaian; bukan perang yang hanya akan menyisakan kesengsaraan.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 12 Oktober 2015, di halaman 6 dengan judul "Dialog dan Hadiah Nobel Perdamaian".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar