Cari Blog Ini

Bidvertiser

Kamis, 08 Oktober 2015

Tajuk Rencana: Marcos Jr dan Keunikan Filipina (Kompas)

Para korban pelanggaran hak asasi manusia pada masa pemerintahan Presiden Ferdinand Marcos mendesak agar kejahatan Marcos tidak dilupakan.

Desakan itu muncul, Selasa (6/10), karena anak Marcos, Ferdinand "Bongbong" Marcos Junior, mengumumkan pencalonannya sebagai wakil presiden Filipina. Ada yang menduga bahwa pencalonannya itu hanya sebagai batu loncatan untuk maju dalam pemilihan presiden. Kelompok-kelompok hak asasi bertekad akan menggelar kampanye untuk melawan Marcos Jr. Mereka khawatir, jika terpilih, Marcos Jr akan mengulang kembali perilaku ayahnya semasa berkuasa dulu.

Kita bisa berdebat soal benar atau tidaknya kekhawatiran para pejuang hak asasi itu. Apakah perilaku anak selalu sama dengan ayahnya? Atau, apakah anak harus menanggung kesalahan yang dilakukan orangtuanya? Namun, kali ini, kita tidak ingin berdebat mengenai hal itu. Yang ingin kita soroti kali ini adalah betapa sering di Filipina kita menyaksikan anak sukses mengikuti jejak orangtuanya.

Putra Presiden Corazon "Cory" Aquino (1986-1992), Benigno Aquino III, kini juga menjadi Presiden Filipina. Cory Aquino pun terpilih menjadi presiden setelah ia menggantikan suaminya, Benigno "Ninoy" Aquino Jr, yang tewas tertembak dalam kekisruhan politik tahun 1983, memimpin People Power di Filipina tahun 1986.

Putri Presiden Diosdado Macapagal (1961-1965), Gloria Macapagal-Arroyo, juga terpilih sebagai Presiden Filipina (2001-2010). Atau, putra politikus terkenal Filipina, Narciso Ramos, yang menjadi menteri luar negeri pada saat ASEAN dibentuk tahun 1967, Fidel Ramos, terpilih menjadi Presiden Filipina (1992-1998).

Untuk negara seperti Filipina, hal seperti itu unik karena sistem pemilihan presiden di Filipina dilakukan langsung oleh rakyat dan bukan melalui perwakilan. Berbeda dengan di negara monarki atau negara totaliter, yang itu biasa terjadi. Pertanyaan tentang mengapa hal itu dapat terjadi sulit untuk dijawab. Di Amerika Serikat saja, yang sistem politiknya diikuti Filipina, hal yang sama baru terjadi dua kali, yakni Presiden AS John Adams (1797-1801) dan John Quincy Adams (1825-1829) serta George HW Bush (1989-1993) dan George W Bush (2001-2009).

Mungkin saja pencalonan putra Marcos sebagai wakil presiden itu dilatarbelakangi sukses yang dicapai Benigno Aquino III dan Gloria Arroyo. Namun, ternyata langkah awal Marcos Jr sudah diganjal oleh kelompok-kelompok hak asasi manusia. Menjadi menarik bagi kita untuk mengikuti langkah-langkah Marcos Jr selanjutnya. Bisakah putra Marcos itu terus melaju atau justru gagal karena orang belum dapat memaafkan kesalahan yang dilakukan ayahnya saat menjabat sebagai presiden.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 8 Oktober 2015, di halaman 6 dengan judul "Marcos Jr dan Keunikan Filipina".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger