Cari Blog Ini

Bidvertiser

Jumat, 18 Desember 2015

TAJUK RENCANA: Meredam Aksi The Fed (Kompas)

Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve, Rabu atau Kamis (17/12) dini hari WIB, akhirnya menaikkan suku bunga sebesar 0,25 basis poin.

Langkah The Fed (Federal Reserve) yang pertama sejak tahun 2006 ini memberikan kepastian, sekaligus membuat pelaku pasar uang global, termasuk pengelola pasar keuangan kita, perlu meredam dampak ikutannya. The Fed selama ini menerapkan suku bunga 0-0,25 persen. Kini suku bunga acuan AS (The Fed Rate) berada pada level 0,25-0,50 persen.

Pelaku pasar keuangan dunia, termasuk di Indonesia, sejak pertengahan tahun 2013 dilanda spekulasi kenaikan suku bunga AS ini. Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pun naik turun tidak stabil. Bergerak menguat dan melemah antara Rp 13.000 dan Rp 14.100 per dollar AS. Begitu pula indeks harga saham di Bursa Efek Indonesia.

Tak bisa ditampik, perekonomian AS dengan mata uang dollarnya sangat dominan. Dengan globalisasi, sulit mengelak dari apa yang terjadi pada perekonomian AS. Pasar keuangan global termasuk nilai rupiah dan indeks saham, kemarin, menguat tipis menyusul aksi The Fed. Namun, situasi diperkirakan segera berbalik.

Itu karena naiknya The Fed Rate membuat investor asing menarik dananya dan pindah ke AS. Investor asing di pasar uang Indonesia juga melepas investasi rupiah, baik di saham maupun surat berharga, dan membeli dollar AS untuk berinvestasi. Rupiah pun jatuh, harga saham pun tergerus.

Kondisi ini diperparah daya tahan ekonomi kita yang juga kurang meyakinkan. Cadangan devisa per November 2015 hanya 100,24 miliar dollar AS.Pasokan dollar AS dari ekspor merosot. Di sisi lain, kebutuhan dollar AS untuk impor bahan bakar minyak, membayar cicilan dan bunga utang luar negeri, keperluan perjalanan ke luar negeri, masih tinggi. Aksi investor asing berbalik ke dollar AS semakin menekan rupiah.

Kita juga perlu sadar bahwa tekanan pada pasar keuangan dalam negeri tetap berlanjut karena The Fed akan melanjutkan kenaikan The Fed Rate pada tahun 2016 dan tahun 2017. Kondisi ini perlu diantisipasi Bank Indonesia, pemerintah, dan semua pelaku bisnis sejak sekarang.

BI perlu mempertahankan daya tarik di dalam negeri. Suku bunga acuan (BI Rate) yang tinggi, yakni 7,5 persen, antara lain menjadi daya tarik, sekalipun dikecam karena memberatkan dunia usaha. Menurut BI, demi menjaga rupiah, melepas surat berharga dalam dollar AS juga bisa menjadi daya tarik dan menambah pasokan dollar AS.

Bagi pemerintah dan pelaku bisnis, mendorong ekspor produk bernilai tambah harus dilakukan sejak dini. Langkah mendorong industri manufaktur harus segera dan konsisten agar pasokan dollar AS bertambah. Kita perlu pasokan dollar AS lebih banyak untuk meredam The Fed.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 18 Desember 2015, di halaman 6 dengan judul "Meredam Aksi The Fed".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger