Cari Blog Ini

Bidvertiser

Jumat, 17 Juni 2016

Membangun Rumah Aman//Kantong Plastik//Pengembalian Uang Tiket//Hati-hati Investasi//Taksi Wanprestasi (Surat Pembaca Kompas)

Membangun Rumah Aman

Menanggapi berita utama Kompas edisi Selasa (14/6), "Risiko Bencana Diabaikan", yang mencatat bahwa korban jiwa terus berjatuhan, saya mengusulkan cara mengatasinya dengan mitigasi atau pengurangan risiko bencana.

Seperti diketahui, Indonesia ikut menandatangani Kerangka Kerja untuk Aksi Hyogo (2005-2015) yang isinya mengarusutamakan pengurangan risiko bencana dalam membangun.

Selain itu, Kementerian Pekerjaan Umum besama JICA menerbitkan selembar poster berisi bagaimana cara membangun rumah yang lebih aman. Dalam poster tersebut diuraikan bahwa untuk membangun rumah aman, empat hal perlu diperhatikan: bahan bangunan, struktur utama, ikatan antarstruktur, dan pengecoran beton. Poster dapat diunduh di https://www.sheltercluster.org/sites/default/files/docs/JICA_safe_building_poster.pd

Harapan kami semoga para pekerja bangunan bisa melihat poster tersebut sehingga mereka bisa membangun rumah yang lebih aman, seperti rumah milik Ibu Nurul Khusna di Desa Wonokromo, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul, yang ditulis dengan bagus oleh Ahmad Arif dalam "Bukan Gempa yang Membunuh Kita" di Kompas,halaman 1 edisi yang sama.

ALI IMAM

Anggota Tim Emergensi dan Disaster UB/FK UB Malang,

Bukit Cemara Tujuh Blok VII, Malang, Jawa Timur

Kantong Plastik

Pemerintah telah membuat kebijakan yang mewajibkan konsumen membayar kantong plastik saat berbelanja di toko swalayan. Kenyataannya, harga kantong plastik yang dipatok murah, Rp 200, sehingga tidak efektif mengurangi penggunaannya.

Pemberlakuan harga murah untuk kantong plastik bagi konsumen yang berbelanja justru kontraproduktif karena konsumen yang semula ingin mengurangi penggunaan kantong plastik, malah mengurungkan niat karena khawatir dicap pelit.

Karena itu, perlu dicarikan pendekatan yang lebih mendorong tanggung jawab sosial sehingga orang merasa malu jika menenteng kantong plastik.

HUSNI JAMAL

JALAN IR H JUANDA LRG TEGALSARI, KOTA JAMBI, JAMBI

Pengembalian Uang Tiket

Saya pelanggan Airasia yang setia. Namun, saat saya membatalkan tiket karena ada perubahan jadwal dari Airasia, pengembalian uang tiket ternyata bermasalah.

Pengembalian uang tiket disetujui dan tertulis di sistem Airasia sebagai "Approved Submitted to Bank" awal April 2016. Namun, hingga awal Juni 2016—berarti sudah dua bulan—tidak ada realisasi. Padahal, saya menggunakan kartu kredit CIMB Airasia.

Saat ini yang bisa saya lakukan adalah menghubungi via call centre, Twitter, inbox Facebook, livechat. Namun, semua jawaban hanya meminta maaf tanpa ada tindak lanjut.

JULI CHRISTANTO

Jalan Wiguna, Gunung Anyar, Surabaya

Hati-hati Investasi

Saya membeli produk investasi obligasi negara FR0035 senilai Rp 3,2 miliar dengan bunga12 persen, jatuh tempo 1 tahun, pada Desember 2014 di kantor Reliance Securities, Menara Batavia, beralamat Jl KH Mas Mansyur, Jakarta.

Saat jatuh tempo pada Desember 2015, Reliance Securities tidak mengakui adanya transaksi ini. Saya dan puluhan nasabah korban Reliance dengan nilai kerugian miliaran telah melaporkan kasus ini ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Bukti-bukti yang mengarah ke kejahatan pasar modal telah kami berikan ke OJK. Harapan kami OJK dapat menunjukkan integritas dan profesionalitasnya dalam mengusut kasus ini. OJK sebagai institusi yang mewakili negara tidak boleh kalah dengan oknum penjahat pasar modal. Semoga uang kami kembali.

ALWI SUSANTO

Cengkareng, Jakarta Barat

Taksi Wanprestasi

Saya memesan Jazz Taxi, Yogyakarta, pukul 06.33. Lama menunggu, pukul 06.45 saya menghubungi layanan pelanggan yang menjawab, Jazz Taxi ada di Kaliurang Pratama. Jarak rumah saya dengan Kaliurang Pratama kurang dari 1 kilometer.

Pukul 06.55 saya telepon lagi, layanan pelanggan menjawab, sopir sudah di Gereja Banteng. Jarak Kaliurang Pratama dengan Gereja Banteng hanya 100-200 meter dan tetap tidak ada 1 km dari rumah saya. Pukul 06.59 sopir mengirim SMS menanyakan arah ke rumah.

Saya mengejar kereta api pukul 07.30 dan hal itu saya sampaikan ke Jazz Taxi. Akhirnya saya ketinggalan KA ke Malang.

ADIS PRANAYA YAKIN

Sinduharjo, Ngaglik, Sleman

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 17 Juni 2016, di halaman 7 dengan judul "Surat Kepada Redaksi".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger