Cari Blog Ini

Bidvertiser

Kamis, 21 Juli 2016

TAJUK RENCANA: Dialog Itu Memerlukan Kompromi (Kompas)

Filipina menolak permintaan Tiongkok untuk mengabaikan putusan Mahkamah Arbitrase Internasional soal sengketa wi-layah di Laut Tiongkok Selatan.

Sikap Filipina dikemukakan Menteri Luar Negeri Perfecto Rivas Yasay Jr, menanggapi permintaan Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi, Selasa (19/7) lalu, dalam pertemuan di antara keduanya di sela-sela Pertemuan Asia- Eropa di Ulan Bator, Mongolia, pekan lalu.

Sulit bagi kita memahami logika di balik sikap Tiongkok itu. Bagaimana mungkin Tiongkok sampai dapat meminta kepada Filipina untuk mengabaikan putusan Mahkamah Arbitrase Internasional? Filipina mengajukan soal sengketa wilayah itu kepada Mahkamah Arbitrase Internasional karena menganggap pembahasan soal sengketa wilayah dengan Tiongkok secara bilateral tidak memberikan hasil sebagaimana yang diinginkan.

Selama ini Tiongkok tidak mau melibatkan pihak ketiga. Tiongkok selalu menuntut agar penyelesaian sengketa wilayah itu dilakukan secara bilateral. Persoalannya, dalam membahas soal sengketa wilayah itu, Tiongkok menggunakan pendekatan sejarah, suatu pendekatan yang tidak dikenal dalam hukum laut internasional atau Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS) 1982.

Dalam pembahasan secara bilateral itu, Tiongkok melupakan bahwa suatu dialog itu dilakukan untuk menghasilkan kompromi, bukan menang-menangan. Melihat tiadanya jalan keluar, Filipina membawa sengketa wilayah itu ke Mahkamah Arbitrase Internasional. Tiongkok menolak langkah Filipina itu dan mengancam akan mengabaikan putusan Mahkamah Arbitrase Internasional karena yakin pendekatan sejarah yang digunakannya akan ditolak. Dan, benar, ketika putusan Mahkamah Arbitrase Internasional itu keluar 12 Juli lalu, Tiongkok mengabaikan putusan itu dan berkeras bahwa Laut Tiongkok Selatan itu adalah wilayahnya.

Tiongkok harus didesak untuk mematuhi keputusan Mahkamah Arbitrase Internasional. Dalam kaitan inilah, kita berharap Indonesia dapat menggalang negara-negara ASEAN untuk mendesak Tiongkok agar mematuhi keputusan Mahkamah Arbitrase Internasional itu. Filipina tidak boleh dibiarkan sendiri berhadap-hadapan dengan Tiongkok, apalagi Brunei, Malaysia, dan Vietnam pun memiliki sengketa wilayah di Laut Tiongkok Selatan dengan Tiongkok.

Kita sangat berharap, janganlah karena tergantung secara ekonomi kepada Tiongkok, negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia, memilih membiarkan Filipina berjuang sendiri. Kita mendukung sikap Filipina yang berani memperlihatkan sikap tegas terhadap Tiongkok. Bukan bermaksud untuk memusuhi Tiongkok, tetapi mengingatkan Tiongkok bahwa kalau ingin berdialog secara bilateral, bersiaplah untuk berkompromi.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 21 Juli 2016, di halaman 6 dengan judul "Dialog Itu Memerlukan Kompromi".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger