Cari Blog Ini

Bidvertiser

Rabu, 13 Juli 2016

TAJUK RENCANA: Mesir dan Israel Perbaiki Hubungan (Kompas)

Kunjungan Menlu Mesir Sameh Shoukry ke Israel—kunjungan pertama pejabat tinggi Mesir sejak sembilan tahun silam—mengirimkan pesan penting.

Tentu kunjungan Sameh Shoukry ke Tel Aviv dan pertemuannya dengan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengisyaratkan membaiknya hubungan kedua negara. Sejak tumbangnya Presiden Hosni Mubarak, hubungan kedua negara memburuk. Apalagi setelah Mohammad Morsi dukungan Ikhwanul Muslimin berkuasa, sejak 2012, hubungan Israel-Mesir bertambah buruk.

Setelah Morsi disingkirkan militer, 2013, hubungan kedua negara—yang pernah terlibat dalam peperangan selama bertahaun-tahun dan kemudian menyepakati perdamaian pada tahun 1979—tidak segera membaik. Hubungan justru memburuk lagi setelah insiden di perbatasan yang menewaskan tentara Mesir beberapa waktu lalu.

Namun, perkembangan situasi politik dan keamanan dunia, terutama kawasan Timur Tengah, telah mendorong kedua negara untuk memperbaiki hubungan. Mesir, setelah tiga tahun terakhir sibuk dengan urusan dalam negeri, mulai melangkah keluar lagi. Mereka ingin mengembalikan posisi utamanya di Timur Tengah, yang pernah dimainkannya sebelum revolusi.

Pulihnya hubungan diplomatik Turki dengan Israel juga menjadi salah satu pendorong membaiknya hubungan Kairo-Tel Aviv, kunjungan Sameh Shoukry ke Israel. Tentu, Mesir tidak mau perannya, terutama berkait proses perdamaian Timur Tengah, "diambil alih" Turki. Karena itu, sikap Mesir sangat jelas dan tegas tentang perdamaian Timur Tengah: mendukung solusi dua negara dan prakarsa perdamaian yang diajukan Arab Saudi. Itulah antara lain yang menjadi alasan mengapa Arab Saudi mendukung kunjungan Sameh Shoukry ke Israel.

Juni lalu, di Paris, diadakan pertemuan membahas perdamaian Timur Tengah yang dihadiri 28 negara Arab dan Barat, Liga Arab, Uni Eropa, serta PBB. Israel secara jelas menentang usaha itu dan lebih condong pada inisiatif perdamaian Arab Saudi. Inilah kesempatan yang dimanfaatkan Mesir dengan kembali menyodorkan inisiatif perdamaian Arab Saudi, dan menyediakan diri untuk menjadi tempat pertemuan antara Netanyahu dan pemimpin Palestina Mahmoud Abbas.

Sementara bagi Israel, membaiknya hubungan dengan Mesir sangat penting. Mesir bisa menjadi perantara untuk menyelesaikan persoalannya dengan Palestina (dan Hamas). Selain itu, membaiknya hubungan dengan Mesir akan sangat membantu "terciptanya stabilitas kawasan". Karena itu, kedua negara juga menjalin kerja sama intelijen untuk menghadapi NIIS, kelompok garis keras di Semenanjung Sinai, dan terorisme.

Kita berharap bahwa kunjungan Sameh Shoukry akan mendorong proses perdamaian berjalan lebih cepat.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 13 Juli 2016, di halaman 6 dengan judul "Mesir dan Israel Perbaiki Hubungan".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger