Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 16 Juli 2016

TAJUK RENCANA: NIIS Setelah Al-Shishani Tewas (Kompas)

Pada akhirnya, kelompok bersenjata yang menyebut dirinya Negara Islam di Irak dan Suriah mengakui tewasnya Abu Omar al-Shishani.

Beberapa kali Abu Omar al-Shishani diberitakan tewas: antara lain pada Maret 2016, lalu Juli 2016. Baru setelah pertempuran di Shirqat, pihak NIIS, seperti diberitakan oleh kantor berita milik NIIS, Amaq, membenarkan berita tewasnya Al-Shishani.

Al-Shishani, yang juga dikenal dengan nama "Omar si Chechnya" karena dia berasal dari Chechnya, tewas dalam pertempuran di Shirqat, sekitar 100 kilometer selatan Mosul. Mosul, di Irak utara, adalah markas besar NIIS. Di kota inilah pada Juni 2014, Abu Bakar al-Baghdadi memproklamasikan dirinya sebagai pemimpin NIIS dan sekaligus menyebut dirinya Khalifah Ibrahim.

Berita tentang tewasnya Al-Shishani ini disambut lega oleh berbagai pihak. Intelijen dan militer AS, yang menghargai kepala Al-Shishani senilai 5 juta dollar AS, memandang mantan tentara Chechnya itu sebagai komandan militer yang sangat mumpuni.

Al-Shishani adalah salah satu komandan militer yang paling senior di NIIS. Ia menjadi anggota kelompok Dewan Shura. Pentagon malah menyebutnya sebagai "menteri peperangan" NIIS. Al-Shishani juga diberitakan sebagai otak di balik aksi militer NIIS di Provinsi Anbar, Irak. Di provinsi itu, Al-Shishani diberitakan memimpin 1.000 petarung berbahasa Rusia yang bergabung dengan NIIS.

Melihat posisinya seperti itu—pada akhir tahun 2013 Al-Shishani dikenal sebagai pemimpin petarung di Suriah utara, dan bertanggung jawab atas semua petarung dari Chechnya dan Kaukasus—bukan tidak mungkin tewasnya Al-Shishani akan menghambat gerakan operasi NIIS di Suriah, Irak, dan di tempat lain. Yang menarik, memang, apa yang mendorong NIIS mengakui bahwa Al-Shishani tewas. Adakah motif di balik pengakuan itu?

Apa pun motifnya, posisi kelompok bersenjata NIIS di lapangan—Suriah dan Irak—semakin sulit. Menurut sebuah kelompok riset IHS, pada tahun ini saja NIIS sudah kehilangan 12 persen wilayahnya. Sementara Pentagon menyatakan bahwa wilayah kekuasaan NIIS di Suriah sudah menyusut 20 persen dan 45 persen di Irak.

Semakin tersudutnya posisi NIIS di Irak dan Suriah ini yang antara lain mendorong mereka bergerak keluar dan mengobarkan teror di mana-mana. Aksi penyerangan dengan bom atau bom bunuh diri mereka lakukan di luar Irak dan Suriah, bahkan mencapai Eropa. Hal itu kiranya yang perlu diwaspadai, dicermati.

Kini, mereka telah menjelma bagai monster penebar maut di mana-mana, dan menghalalkan segala cara, seperti yang terakhir terjadi di Nice, Perancis. Pola seperti itulah yang mungkin akan dilakukan di luar Irak dan Suriah kalau posisi mereka di kedua negara itu semakin terpojok.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 16 Juli 2016, di halaman 6 dengan judul "NIIS Setelah Al-Shishani Tewas".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger