Cari Blog Ini

Bidvertiser

Kamis, 18 Agustus 2016

TAJUK RENCANA: Berkaca dari Peristiwa Milwaukee (Kompas)

Melihat apa yang terjadi di Milwaukee, orang bisa mengatakan bahwa demokrasi ternyata tidak otomatis menghasilkan apa yang diharapkan.

Siapa yang meragukan bahwa Amerika Serikat adalah negara demokrasi? Pasti tidak ada. AS bahkan selama ini mendeklarasikan diri sebagai garda depan pembela demokrasi dunia. AS berkeliling dunia "menjual" demokrasi dengan segala macam cara.

Di mana-mana, tentu termasuk di AS, orang berharap banyak dari demokrasi. Sekurang-kurangnya, demokrasi diharapkan akan menghilangkan—atau paling tidak mengurangi—ketidakadilan dan membuat pengorganisasian kehidupan menjadi lebih rasional, lebih bisa dipertanggungjawabkan. Dari demokrasi, orang juga berharap akan memperoleh perlindungan dalam banyak hal, terutama perlindungan sebagai pribadi, sebagai manusia.

Oleh karena itu, demokrasi, dalam banyak buku dan menurut pendapat para cerdik pandai, diidentikkan dengan kebebasan penghormatan terhadap martabat manusia, kesamaan hak, keadilan, keamanan, tentu termasuk juga pertumbuhan ekonomi. Sebab, tanpa adanya pertumbuhan ekonomi, demokrasi tidak akan jalan.

Akan tetapi, coba perhatikan apa yang terjadi di Milwaukee, Wisconsin, bisa memberikan gambaran lain tentang demokrasi, terutama di AS yang sudah menghasilkan presiden berkulit hitam. Akhir pekan lalu, di kota tersebut terjadi bentrokan antara warga kulit hitam kota itu dan polisi setelah terjadi penembakan warga oleh polisi. Bentrokan antara warga kulit hitam dan polisi bukan hal baru di AS, demikian juga di Milwaukee.

Mengapa bentrokan antara warga dan aparat mudah terjadi di Milwaukee? Menurut data sensus 2014, jumlah laki-laki yang ditahan karena tindak kriminal di AS paling tinggi di Milwaukee: 12,8 persen atau hampir dua kali rata-rata di AS. Di Milwaukee, menurut data tahun 2013 yang dikeluarkan Employment and Training Institute di Universitas Wisconsin, lebih dari separuh laki-laki Afrika-Amerika berusia 30-an tahun dan separuh berusia 40-an tahun mendekam di lembaga pemasyarakatan.

Data tersebut cukup memberikan gambaran seperti apa kondisi, paling tidak, perekonomian di Milwaukee. Berlaku umum di mana-mana, di mana ada kemiskinan, ketidakadilan, ketidakamanan, pengangguran, kebodohan, dan perlakuan yang tidak manusiawi, akan dengan mudah memercikkan api pergolakan.

Kiranya apa yang terjadi di Milwaukee, nun jauh di sana, di negara yang sudah demikian maju, bisa menjadi tempat kita becermin. Sebab, peristiwa seperti itu bisa juga terjadi di negeri kita ini. Selama kemiskinan, ketidakadilan, kebodohan, pengangguran, diskriminasi dalam berbagai hal, dan juga korupsi masih merajalela, maka kekerasan, radikalisme, bahkan terorisme akan mudah terjadi.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 18 Agustus 2016, di halaman 6 dengan judul "Berkaca dari Peristiwa Milwaukee".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger