Rencana Pemerintah Indonesia memberikan beasiswa pendidikan tinggi bagi 100 pengungsi Suriah di Eropa (Kompas, 9/9) menimbulkan apresiasi sekaligus pertanyaan.
Apresiasi, karena Indonesia bukan peratifikasi Konvensi PBB untuk Pengungsi tahun 1951, jadi bisa menerima pengungsi tetapi tidak berkewajiban memberikan hak atas pelayanan sosial, termasuk pendidikan. Jadi, rencana pemerintah ini lebih untuk kemanusiaan.
Namun, di Indonesia pun cukup banyak pencari suaka dan pengungsi, lebih dari 13.000 orang (UNHCR, 2015). Tanpa bermaksud meremehkan penderitaan pengungsi Suriah, terbit pertanyaan mengapa tak mengulurkan beasiswa (juga) bagi pengungsi yang jelas-jelas ada di sekitar kita?
Banyak pengungsi yang sudah tahunan menanti keputusan diterima di negeri tujuan. Sementara negeri-negeri penanda tangan Konvensi 1951, misalnya Australia, semakin mengurangi penerimaan jumlah pengungsi. Dalam penantian minimal tiga tahun di Indonesia, pengungsi itu sedikit banyak sudah mengenal Indonesia dan bahasanya.
Universitas tempat saya bekerja pernah harus menerima mahasiswa asal suatu negeri yang kacau di Afrika. Ia mendapat beasiswa Pemerintah Indonesia. Namun, ia tidak menguasai bahasa Indonesia dan bahasa Inggris-nya pun cukup untuksurvival saja. Akhirnya, ia dinyatakan tidak mampu mengikuti pengajaran. Sebaliknya, kita pun tidak siap menangani. Mubazirlah beasiswa itu.
Maka sebelum ditindaklanjuti, sudilah kiranya pemerintah mempertimbangkan kembali tawarannya masak-masak. Mungkin lebih baik beasiswa itu diberikan kepada pengungsi yang sudah ada di Indonesia atau setidaknya berikanlah separuh dari kesempatan tersebut kepada pengungsi lain di luar pengungsi Suriah di Eropa.
SELLY RIAWANTI
Terusan Ligar Raya, Kelurahan Cibeunying, Bandung, 40191
Jalan Rusak di Ciangsana
Sudah berkali-kali saya melaporkan kerusakan jalan di wilayah Gunung Putri, Bogor. Persisnya di Ciangsana, memanjang hingga 10 kilometer sampai Bojongkulur. Selama 1,5 tahun terakhir jalan dibiarkan rusak tanpa tanda-tanda akan diperbaiki.
Saya pernah ke kantor kepala desa dan bertemu langsung dengan kepala desa. Dengan santai ia menjawab, "Itu bukan jalan saya. Kenapa saya harus repot?"
Saya sebagai pengguna jalan itu sungguh menderita karena harus melewatinya setiap hari. Saya taat membayar pajak dan tahu sebagian dari pajak dialokasikan buat membangun infrastruktur, termasuk jalan. Saya sungguh-sungguh memohon kepada yang berwenang untuk memperbaiki jalan itu.
Semoga surat saya ini bisa menggugah camat, bupati, hingga Gubernur Jabar untuk mempermudah akses warganya.
DW SAMBUAGA
Gunung Putri, Bogor
Tanggapan Mandiri
Menanggapi surat pengaduan Ibu Hadra Mala Nasution (Kompas, 28/8) mengenai kartu kredit Bank Mandiri miliknya yang digunakan orang lain, kami sampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan yang dialami.
Kami masih memerlukan waktu untuk menginvestigasi dan hasilnya akan kami sampaikan langsung kepada Ibu.
Bank Mandiri telah dan terus melakukan perbaikan agar dapat memberikan layanan prima kepada semua nasabah.
Pertanyaan juga dapat disampaikan ke Customer Service 24 jam Mandiri Call 14000 atau melalui situs www.bankmandiri.co.id pada menucontact us atau langsung melalui surel customer.care@bankmandiri.co.id.
ROHAN HAFAS
Corporate Secretary PT Bank Mandiri (Persero) Tbk
Tanggapan Nissan
Menanggapi surat Bapak Didi Setiadi, "Rusak di Bengkel" (Kompas, 10/8), perkenankan kami mengucapkan terima kasih atas kepercayaan Bapak menggunakan kendaraan Nissan.
Kami telah menghubungi Bapak Didi Setiadi untuk memohon maaf, mengklarifikasi ketidaknyamanan yang dialami, dan sekaligus menawarkan penanganan kendaraannya.
Bapak Didi Setiadi telah menerima penjelasan dan solusi dari bengkel body repair Nissan Cibubur untuk menangani kendaraannya dengan baik.
Sudah merupakan komitmen utama kami untuk senantiasa meningkatkan kepuasan pelanggan melalui pelayanan dari kami.
TOBOK SITUMEANG
Bodi Repair Head Nissan Cibubur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar