Cari Blog Ini

Bidvertiser

Minggu, 11 September 2016

TAJUK RENCANA: Terus Menghidupkan Api Arafah (Kompas)

Ibadah haji tahun ini akan mencapai puncaknya dengan wukuf di Padang Arafah pada 10 Zulhijah 1437 Hijriah atau Senin, 12 September.

Kita berharap para jemaah calon haji dapat menyongsong saat yang indah dan khidmat tersebut dengan lancar dan khusyuk.

Maklum, ibadah haji—di luar biayanya—membutuhkan berbagai persyaratan yang tidak selalu mudah untuk dipenuhi. Selain kesiapan jiwa juga fisik, mengingat tuntutannya yang tidak ringan. Bahkan terakhir juga administratifnya sangat menuntut kesabaran, mengingat ada yang harus menunggu dalam jangka 30 tahun atau bahkan lebih.

Kita masih prihatin dengan peristiwa jemaah yang alih-alih tiba di Tanah Suci, tetapi justru terlanda masalah ketika melewati Filipina. Kiranya kejadian ini memberi kita pelajaran untuk merapikan penyelenggaraan haji di masa datang.

Perjalanan menuju haji mabrur oleh banyak jemaah diakui penuh lika-liku dan ujian, kadang bahkan yang tak terbayangkan sekalipun. Tahun lalu ada musibah alat derek (crane) di dekat gerbang Al-Salam di Masjidil Haram dua pekan sebelum wukuf. Bahkan ketika wukuf di Arafah telah dilalui, masih terjadi musibah Mina, 24 September 2015.

Sungguh kita berharap tahun ini ibadah haji dapat berlangsung dengan aman dan selamat. Kita juga berharap jemaah haji selain beribadah dengan khusyuk juga bisa terus waspada, mengamati segala pergerakan dengan saksama, khususnya saat melempar jumrah di Jamarat. Meski ada preferensi waktu, keselamatan harus lebih diutamakan.

Kita berpandangan bahwa ibadah haji bukan terminus atau titik akhir dalam upaya kita menjadi insan bertakwa kepada Allah SWT. Kita ingin ibadah haji kita sukses, berlangsung aman dan selamat, dan kita bisa kembali ke Tanah Air untuk mengamalkan ibadah yang sudah kita jalani dengan upaya tidak ringan.

Kota-kota suci Mekkah dan Madinah selanjutnya akan menjadi kenangan tak terlupakan. Namun, kemabruran haji kita juga menunggu bukti sekembali kita dari ibadah.

Dalam semangat Idul Adha, saling mendekat dan akrab di antara sesama manusia atau taqarrub ila an-nas hanya akan mendapatkan maknanya yang penuh jika semangat senasib-sepenanggungan bisa dicerminkan.

Semangat inilah yang justru semakin kita butuhkan tatkala kondisi perekonomian dan solidaritas kebangsaan tak membaik secara berarti. Semangat berhaji sepatutnya terus hidup dan menyala sekembali dari Tanah Suci.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 10 September 2016, di halaman 6 dengan judul "Terus Menghidupkan Api Arafah".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger