Cari Blog Ini

Bidvertiser

Rabu, 12 Juli 2017

TAJUK RENCANA: Trump dan Rusia (Kompas)

Pertemuan Presiden Donald Trump dan Presiden Vladimir Putin di KTT G-20 disorot karena banyak kontroversi di seputar hubungan kedua negara.

Yang paling spektakuler tentulah laporan komunitas intelijen AS yang menyatakan bahwa Kremlin berada di balik peretasan komputer Partai Demokrat pada Pemilu 2016. Skandal itu berujung pada pengusiran sejumlah diplomat Rusia dari AS, yang terjadi menjelang pelantikan Trump sebagai presiden. Penyelidikan tentang hal itu masih berlangsung sampai sekarang.

Trump dan kubunya menolak mentah-mentah semua tuduhan tentang komunikasi rahasia antara lingkaran dalam Trump dan Kremlin. Terlebih lagi, Trump sendiri terlihat antusias mengeratkan hubungan AS dengan Rusia. Apakah keinginannya itu didasari sebuah agenda besar untuk mengubah tata kelola politik dunia, atau sekadar untuk menutupi jejak, hanya Trump yang tahu.

Kenyataan di lapangan berbicara lain. Satu demi satu bukti terkuak. Dimulai dengan keterlibatan penasihat keamanan Michael Flynn yang melakukan komunikasi rahasia dengan Rusia dan menutupinya dari Wakil Presiden Mike Pence. Kemudian menantu Trump, Jared Kushner, yang secara diam-diam merencanakan komunikasi "pintu belakang" bersama Dubes Rusia, bahkan sebelum Trump dilantik.

Saat ini, putra kedua Trump, Donald Trump Jr, menjadi berita utama karena mengakui melakukan pertemuan dengan pengacara Rusia yang memiliki saluran dekat dengan Kremlin saat kampanye pemilu AS. Trump Jr saat itu diduga tengah mengumpulkan data yang bisa menyerang Hillary Clinton.

Gonjang-ganjing yang terjadi di dalam negeri juga paralel dengan "kehebohan" yang Trump ciptakan di level global. Ia menjauhkan AS dari mitra tradisionalnya dengan membuat kebijakan unilateral, antara lain menarik AS dari kesepakatan perubahan iklim, juga dari kemitraan perdagangan Trans-Pasifik ataupun Atlantik, serta mengampanyekan kecenderungan proteksionisme. Semua berlatar keyakinannya bahwa itu bisa membuat AS berjaya kembali.

Dengan latar belakang seperti ini, sulit untuk memprediksi seperti apa hubungan AS-Rusia ke depan mengingat kredibilitas Trump terus dipertanyakan bahkan oleh partainya sendiri. Kesepakatan Trump-Putin untuk menjalin kerja sama keamanan siber, misalnya, digugat keras kubu Republik karena dianggap sama saja dengan menyerahkan keamanan negara kepada pihak yang selama ini dicurigai memata-matai AS.

Berkat kebijakannya, Trump kini menghadapi tantangan sekaligus di dalam maupun di luar negeri. Jika di tataran internasional AS kini mulai ditinggalkan, di dalam negeri, kebijakan Trump terus digugat oleh kawan ataupun lawan politiknya.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 12 Juli 2017, di halaman 6 dengan judul "Trump dan Rusia".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger