Kami memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah atas berjalan lancarnya acara mantu Presiden Joko Widodo. Masyarakat pun ikut bergembira menyaksikan kirab budaya yang disuguhkan baik di Solo maupun di Medan. Itulah kekayaan Indonesia kita.

Selanjutnya kami juga bersyukur atas tercapainya indeks kepuasan rakyat yang baik terhadap kinerja pemerintahan Jokowi-JK, sebagaimana diuraikan di harian Kompas (Senin, 27/11). Kami sebagai rakyat telah menyaksikan pembangunan infrastruktur di seluruh pelosok Tanah Air.

Saudara kita di Sulawesi Selatan akan segera merasakan naik kereta api, tak hanya mendengar lagunya. Saudara kita di Papua mulai merasakan harga bahan bakar minyak yang jauh lebih murah dibandingkan beberapa tahun lalu. Saudara kita di Kupang dan Banten akan menikmati bendungan yang sangat bermanfaat di musim hujan maupun kemarau.

Kalau Daendels membikin jalan dengan mempekerja-paksakan rakyat untuk kepentingan penjajah, Pak Jokowi bisa membangun jalan tol sepanjang Pulau Jawa dengan sistem proyek, membuka peluang kerja, dan kelak setelah jadi, diharapkan mampu memacu pembangunan ekonomi rakyat. Demikian pula di Sumatera, beberapa ruas jalan Trans-Sumatera telah diresmikan. Alhamdulillah, masih banyak lagi yang lainnya.

Itu semua berkat kerja keras Kabinet Kerja. Sehari sebelum akad nikah putrinya di Solo, Pak Jokowi masih blusukan di kawasan Madiun. Demikian pula sehari sebelum acara ngunduh mantu, Presiden masih blusukan di daerah Nusa Tenggara Timur dan meresmikan penggunaan Bandar Udara Silangit di Sumatera Utara. Sehari setelah acara ngunduhmantu yang biasanya untuk istirahat sambil makan bubur sumsum, Pak Jokowi sudah blusukan di perkebunan kelapa sawit.

Pantas kalau orang suka menyatakan presiden kita ini "ora duwe udel" alias tidak punya rasa lelah. Semua karena kecintaan dan rasa tanggung jawabnya kepada rakyat.

Meskipun saya hanya warga biasa, bukan dokter pula, izinkan saya mengingatkan kepada Pak Jokowi untuk tetap menjaga kesehatan. Beristirahatlah yang cukup, paling tidak di hari Minggu, agar benar-benar dapat memeratakan kesejahteraan rakyat dari Sabang sampai Merauke.

Pola kerja Presiden, bila diibaratkan dengan lomba lari, menurut hemat saya bukan sekadar lomba lari sprint 100 meter, tetapi lomba maraton. Oleh karena itu, Pak Jokowi perlu menjaga stamina agar tuntas mewujudkan Nawacita.

Soenarko, Jalan Pondok Labu I, Cilandak, Jakarta Selatan


Nasib Pensiunan PTPN II

Salam hormat, Bapak Presiden Jokowi.

Mohon bantuan Bapak Presiden Jokowi untuk memulihkan nasib kami, pensiunan karyawan BUMN PTPN II, karena hak kami untuk menerima santunan hari tua (SHT) belum diberikan. Kami pensiunan karyawan berjumlah sekitar 9. 000 orang (pensiunan sejak 2007 sampai 2017).

Pada puncak pertemuan antara pensiunan karyawan dan para direksi PTPN II yang dimediasi DPRD Sumatera Utara di Gedung DPRD Sumatera Utara di Medan pada Februari 2017 dinyatakan bahwa seluruh SHT para pensiunan akan dibayarkan enam bulan ke depan (Agustus atau September 2017). Meskipun demikian, hingga kini belum ada realisasi dari direksi untuk membayar SHT tersebut. Kami para pensiunan karyawan yang sudah berdinas 25, 30, dan 35 tahun merasa diabaikan oleh direksi PTPN II dengan alasan selalu tidak ada uang.

Saya memohon sekali bantuan Bapak Presiden Jokowi untuk membantu para pensiunan penerima SHT tersebut. Sebelumnya saya ucapkan terima kasih