Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 14 Mei 2018

Kelanjutan Simposium 1965//Kapan Polri Lunasi ”Utangnya”?//Belanja Daring Dibatalkan Sepihak (Kompas, 12 Mei 2018)


Kelanjutan Simposium 1965

Mungkin beberapa dari kita sudah lupa dengan Simposium Tragedi 1965, Pendekatan Kesejarahan yang digelar dua tahun lalu, tepatnya 18-19 April 2016, di Hotel Aryaduta, Jakarta.

Simposium itu diprakarsai Dewan Pertimbangan Presiden, Komnas HAM, dan Forum Silaturahmi Anak Bangsa (FSAB), serta didukung Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan. Ketua Panitia Pengarah ialah Letjen Agus Widjojo, yang saat itu baru saja dilantik sebagai Gubernur Lemhannas.

Saat itu opini masyarakat terbelah dua: pro dan kontra. Yang pro beralasan sudah saatnya tragedi itu diungkap dengan proporsional dan perlu rekonsiliasi di antara para pelaku atau keturunannya. Yang kontra menganggap simposium itu hanya membuka luka lama, lebih berpihak kepada korban daripada pihak PKI dan keluarganya, padahal mereka menganggap PKI dan simpatisannyalah yang lebih dulu berbuat dalam tragedi itu.

Yang kontra menyelenggarakan simposium tandingan di Balai Kartini Jakarta pada 1 Juni 2016, "Mengamankan Pancasila dan Ancaman Kebangkitan PKI dan Ideologi Lain", dan Letjen (Purn) Kiki Syahnakri motornya. Kubu Balai Kartini menganggap pendekatan sejarah Kubu Aryaduta tak akan obyektif karena bergantung pada siapa yang menulis. Mereka menawarkan pendekatan nilai-nilai Pancasila untuk memahami tragedi itu.

Polemik mengenai hal ini pernah berbulan-bulan menghiasi media massa dan ruang publik kita. Masyarakat umumnya tak mengetahui hasil konkret simposium tersebut: adakah rekomendasi untuk pemerintah dan, jika ada, apakah rekomendasi itu sudah diserahkan secara resmi atau belum?

Saya berharap lain: berharap banyak kepada Letjen (Purn) Agus Widjojo. Beliau yang merupakan anak salah satu korban Tragedi 1965, Mayjen (Anumerta) Sutojo Siswomihardjo, bersedia berada di tengah kubu yang pro dan kontra. Ini peran luar biasa. Perlu jiwa besar untuk bisa melakukan itu dan beliau sudah memulainya. Mudah-mudahan Pak Agus Widjojo diberi umur panjang, kesehatan, dan sinar kebajikan agar mampu menyelesaikan tugas ini sampai tuntas.

Patrianto Godam Subiyantoro
Bintaro, Jakarta Selatan

 

KOMPAS/ALIF ICHWAN

Novel Baswedan

Kapan Polri Lunasi "Utangnya"?

Judul di atas terkait ucapan almarhum Jenderal (Pol) Dibyo Widodo dalam Liputan6 SCTV, 7 Juni 1998: "Soal Udin tetap utang polisi."

Fuad Muhammad Syafruddin (Udin) adalah wartawan harian Bernas yang dibunuh pada 16 Agustus 1996 karena beritanya. Pada hemat saya, Jenderal Widodo selaku Kapolri waktu itu mengatasnamakan lembaga Polri.

Di samping kasus Udin, masih ada kasus yang tidak/belum terungkap. Pembunuh Munir, misalnya. Yang terungkap baru eksekutornya. Dalangnya belum terungkap hingga saat ini.

Penyiraman air keras terhadap penyidik KPK, Novel Baswedan, beberapa tahun lalu, hingga saat ini juga belum terungkap siapa eksekutornya dan siapa di belakangnya. Peristiwa Mei 1998 juga belum terungkap. Sampai kapan ini lunas?

FS Hartono
Purwosari, Sinduadi, Sleman, DIY

Belanja Daring Dibatalkan Sepihak

Saya memesan koper di Lazada pada 26 Maret 2018 dengan estimasi barang diterima hari itu juga (tertera di aplikasi), Ternyata baru pada 27 Maret pagi dikirim dan 27 Maret sore saya dapat notifikasi pembatalan sepihak.

Saya coba konfirmasi kepada Lazada. Mereka lepas tangan dengan jawaban bertele-tele dan menggantung. Saya minta ditelepon untuk mendapat penjelasan Lazada. Itu pun tidak juga mereka lakukan. Sudah seminggu lebih tanpa kejelasan.

Bregas AM

Kunciran Indah, Tangerang

Kompas, 12 Mei 2018

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger