Keselamatan Pengendara
Sepeda motor saat ini menjadi moda transportasi yang menarik karena mudah dibeli, bisa dicicil dengan persyaratan ringan, dan mudah menembus kemacetan. Akibatnya banyak orang menggunakan moda transportasi ini.
Sayangnya, pengetahuan dan pemahaman akan keselamatan sebagai pengendara, orang yang membonceng, maupun pengguna jalan lainnya, masih sangat kurang.
Saya sering melihat orang yang membonceng sepeda motor mengenakan jas hujan yang lebar. Jas hujan tersebut dibiarkan melambai-lambai di sisi belakang kiri dan kanan penumpang. Ini sungguh berbahaya karena bila masuk ke jeruji roda belakang akan berakibat fatal.
Kadang-kadang jas hujan dibiarkan menutup lampu sein dan rem sehingga pengendara di belakangnya tidak dapat melihat tanda-tanda lampu tersebut. Bukankah lebih aman memakai jas hujan yang terdiri atas celana dan atasan?
Demikian pula untuk perempuan, sebaiknya berhati-hati dengan tidak memakai baju yang melambai-lambai atau baju yang dibiarkan menutup lampu belakang sepeda motor dengan alasan sama.
Semoga imbauan ini ditindaklanjuti yang berwenang demi keselamatan kita bersama.
Vita Priyambada
Kompleks Perhubungan, Jatiwaringin,
Jakarta 13620
Kemacetan di Menceng Raya
Jalan Menceng Raya di Kelurahan Tegal Alur, Kalideres, Jakarta Barat, identik kemacetan. Ini gara-gara menjamurnya kios-kios dadakan di kiri dan kanan jalan.
Kondisi diperparah dengan orang-orang yang memarkir motor sembarangan untuk membeli paket data di beberapa toko pulsa serta lalu-lalangnya mobil besar dari kawasan industri Kamal Raya.
Perlu perhatian pihak berwenang demi kenyamanan para pengguna jalan.
Reginald Izaac
Jalan Pelopor, Tegal Alur,
Kalideres, Jakarta Barat
Tak Sensitif
Pada 27 Mei 2018 saya menemani Bapak dari Penang, Malaysia, menuju Jakarta dengan AirAsia XT 227. Ia terganggu saraf tulang belakangnya sehingga sulit berjalan.
Di ruang tunggu Penang International Airport, saya minta kursi roda ke petugas AirAsia di pintu A1A. Setelah dioper-oper, ada kabar kursi roda harus dipesan dan dibayar sebelumnya.
Saya melihat ada kursi roda tidak digunakan dan siap membayar. Namun, karena tidak memesan sebelumnya, kursi roda itu tidak bisa kami gunakan.
Tiba di Jakarta, kami beruntung bertemu petugas Bandara Soekarno-Hatta yang rela menjemput ayah saya dari pintu kedatangan, sesuai aturan, sampai ke pengambilan bagasi.
Di area pengambilan bagasi, saya kembali minta kursi roda ke petugas AirAsia, jawabannya tetap sama: tidak ada kursi roda. Memprihatinkan melihat mereka bekerja seperti mesin.
Andi Tarigan
Kembangan, Jakarta
Penutup Koper
Februari lalu saya bepergian dari Jakarta menuju Ende, NTT, menggunakan maskapai Batik Air (ID 6522) transit di Labuan Bajo dan lanjut ke Ende dengan pesawat Wings Air (IW 1830).
Tiba di Ende, koper saya yang sebelumnya terbungkus penutup (luggage cover) sudah tanpa penutup. Saya langsung lapor ke petugas Wings bagian Lost and Found. Ia berjanji akan membantu melacak karena porter bagian bagasi menyatakan melihat penutup koper saya, biru antigores, tetapi ia menduga itu milik penumpang yang menuju Kupang.
Saya terus komunikasi dengan Ari, petugas Lost and Found, tetapi belum ada kabar dari petugas di Kupang. Selanjutnya petugas menyampaikan bahwa pihak maskapai tidak bisa mengganti kehilangan karena bukan bagasi tercatat.
Padahal, penutup koper itu bagian melekat dari bagasi tercatat dan logikanya penutup koper yang sudah dikancingkan akan sulit lepas.
Penutup koper tersebut baru saya beli karena koper saya penuh stiker yang rawan rusak.
Usep Nasrulloh
Bumi Parahiyangan,
Kompas, 8 Juni 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar