Dalam hitungan hari, Piala Dunia 2018 akan digelar di Rusia. Pandangan mata dunia akan tertuju ke Rusia karena sepak bola merupakan olahraga paling populer di jagad ini.
Turnamen sepak bola akbar, yang berlangsung empat tahun sekali, itu jelas sangat dinanti oleh semua insan sepak bola. Para pemain dari 32 tim juga sangat menantikannya karena turnamen ini nilainya sangat besar bagi masa depan setiap pemain profesional.
Bagi para penggemar sepak bola, inilah turnamen terbaik yang harus ditonton. Tidak ada turnamen sepak bola yang lebih bermutu dibandingkan turnamen ini.
Faktor penyebabnya adalah, semua pemain sepak bola terbaik di dunia akan bertarung membela negaranya untuk piala yang merupakan lambang supremasi sepak bola dunia.
Karena Piala Dunia sungguh istimewa dan langka―sekali dalam empat tahun, maka korporasi-korporasi global sudah menyiapkan rencana besar. Korporasi sudah memprediksi besarnya gaung dari Piala Dunia 2018.
Pihak korporasi juga telah menghitung besarnya manfaat yang diperoleh dengan menjadi sponsor dari Piala Dunia 2018. Apalagi, kehadiran pemain sepak bola terhebat seperti Messi, Cristiano Ronaldo, dan Neymar sudah menjamin dahsyatnya turnamen ini.
Untuk menyongsong Piala Dunia 2018 di Rusia, para korporasi global juga telah menyiapkan strategi komunikasi terbaik untuk mendekati para penggemar sepak bola yang juga konsumen mereka.
Promosi secara komprehensif digelar di media elektronik, media cetak, dan media sosial. Materinya telah dirancang dari jauh-jauh hari kemudian ditayangkan serta dilihat hingga seluruh pelosok dunia.
Persaingan
Sebagai sebuah olahraga, sepak bola adalah olahraga yang sangat kompetitif. Seluruh bagian tubuh dari para pemain ibaratnya harus bergerak. Jadi, wajar jika untuk memperoleh kemenangan diperlukan upaya yang tidak mudah.
Kemenangan juga menjadi impian bagi setiap pemain sepak bola ketika bertanding. Hanya saja, realitasnya kemenangan tidak selalui diraih. Ada kalanya justru kekalahan menghampiri atau minimal pertandingan berakhir imbang.
Untuk dapat berlaga di Piala Dunia maka serentetan pertandingan kualifikasi harus dilalui. Sesuai peraturan FIFA, hanya 32 tim yang dapat berlaga di Piala Dunia Rusia 2018. Tim yang gagal, hanya dapat menonton saja. Walau sebagian lainnya, langsung menyiapkan diri lebih baik agar lolos ke Piala Dunia 2022 di Qatar.
Menjelang hari-H Piala Dunia 2018, tiap tim tentu sudah dalam kondisi siap tempur. Entah itu juara bertahan Jerman atau pendatang baru seperti Panama. Hal yang sama berlaku bagi tim dari negara berpenduduk banyak seperti Brazil atau tim dari negara berpenduduk sedikit seperti Islandia.
Secara teoritis, tiap tim punya peluang yang sama untuk menjadi juara Piala Dunia 2018. Meski secara kasat mata, dapat diprediksi siapa calon pemenangnya.
Umumnya, mata orang pasti akan menoleh ke Jerman atau Brazil. Di sisi lain, tentu sedikit yang bertaruh pada Kolombia, karena didasarkan pada sejarah persepakbolaan tiap negara.
Nah, bagaimana dengan peluang Inggris? Boleh saja diprediksi menang, terutama tentu bagi para penggila tim Inggris. Meski prediksi sebaiknya realistis. Australia, misalnya, sulit untuk dijagokan di Piala Dunia 2018 karena di Asia saja tidak terlalu dominan.
Ketika tiap orang bebas untuk memprediksi, di sisi lain akurasinya belum tentu tepat. Apalagi, jika prediksinya dilakukan oleh mereka yang fanatik. Pasti tidak bisa dipegang.
Bagaimanapun, di kota-kota besar di Eropa seperti London, taruhan sesuatu yang legal. Ada rumah taruhan seperti Bet 365. Rumah taruhan yang menjalankan taruhan secara online itu memiliki tidak kurang dari 23 juta langganan.
Rumah taruhan biasanya selalu mengeluarkan prediksi sebelum pertandingan. Khusus untuk Piala Dunia biasanya mereka membentuk tim khusus. Rumah taruhan yang berpengalaman cenderung bagus akurasinya sehingga dijadikan rujukan. Selama Piala Dunia memang selalu terjadi lonjakan volume taruhan.
Sementara itu, media khusus olahraga menjadikan turnamen Piala Dunia sebagai sarana untuk mendekatkan diri dengan pelanggan. Majalah semacam Four Four Two bahkan menerbitkan edisi khusus Piala Dunia 2018.
Dalam edisi khusus ini, selain menyajikan uraian tentang tim peserta, pemain utama tiap tim, juga dibuat prediksi kemenangan tiap tim.
Bicara soal prediksi, majalah Four Four Two mengunggulkan Jerman kembali menjadi kampiun sepak bola Dunia. Dalam pertandingan di final, Jerman diprediksi akan mengalahkan Brazil. Meski kemenangan Jerman tidak akan sebesar empat tahun lalu dengan skor 7 – 1.
Bagaimana peluang tim-tim lain? Spanyol misalnya, adalah tim yang juga kuat. Apalagi, Spanyol berhasil menjuarai grup dengan mengalahkan tim kuat lainnya, Italia. Masalahnya, Spanyol kini tidak memiliki striker yang mematikan.
Sementara tim Uruguay diperkirakan hanya sampai ke perempat final. Walaupun Uruguay diperkuat Luis Suarez dan Cavani, Uruguay dinilai kurang solid sebagai sebuah tim.
Adapun Perancis juga boleh jadi punya peluang bagus. Perancis, yang pernah menjadi juara dunia ketika berlangsung di Perancis pada 1998, punya tim yang solid dengan pelatih Didier Deschamps. Dengan adanya Kylian Mbappe, Paul Pogba, dan Antoine Griezzmann; Perancis sepertinya lolos ke semifinal. Dan, bahkan juga boleh jadi tampil di final.
Tim lain yang punya peluang besar adalah, Inggris. Sejauh ini, Inggris telah sukses di kualifikasi Eropa, dan dalam pertandingan-pertandingan persahabatan.
Inggris yang meraih Juara Dunia 1966, dengan pelatihnya Gareth Southgate, kini lebih meyakinkan dibandingkan dengan Belgia, Panama, dan Tunisia di grup G.
Hanya saja, di 16 besar, Inggris kemungkinan akan ketemu Kolombia atau Senegal. Dan, jikalau lolos maka Inggris akan bertemu dengan Jerman, yang kemungkinan akan menghentikan langkah Inggris.
Motivasi kuat tampaknya akan ditampilkan oleh tim kuat lain dari Amerika Selatan yakni Argentina. Motivasi ini dipicu oleh Lionel Messi, yang diperkirakan tidak akan bermain di Piala Dunia Qatar 2022 karena faktor usianya.
Motivasi ini dipicu oleh Lionel Messi, yang diperkirakan tidak akan bermain di Piala Dunia Qatar 2022
Karena itu, Messi diprediksi akan memimpin generasi emas Argentina untk menjadi Juara Dunia 2018. Messi diharapkan pula menambah koleksi dua gelar juara dunia untuk Argentina.
Walau terlihat bahwa Sampaoli belum berhasil mentransformasi tim Argentina menjadi tim juara. Lini belakang Argentina pun kurang meyakinkan, dan masih terdapat nama-nama yang termasuk tua seperti Mascherano dan Otamend.
Hanya satu peluru
Membahas tentang Russia, jadi teringat pula akan permainan yang disebut Russian Roulette. Dalam sebuah pistol revolver, hanya dimuat satu butir peluru sedangkan lima tempat peluru dikosongkan.
Permainan maut ini kemudian dimulai dengan membidikkan pistol ke kepala seseorang. Hanya kehendak Tuhan yang dapat menentukan selamat atau tidaknya seseorang ketika pistol itu ditembakkan.
Konon, permainan itu dimulai pada 1917 di Rumania, ketika tentara Rusia memasukkan satu peluru ke dalam revolver. Tentara itu kemudian memutar silindernya untuk menembakkan peluru itu ke kepala mereka sendiri.
Istilah Russian Roulette sendiri baru dikenal pada tahun 1937, dalam artikel yang ditulis oleh Geoge Surdez. Artikel itu mengisahkan sebuah hiburan maut yang dilakukan oleh para tentara legiun asing Perancis untuk mengusir kebosanan saat berperang di Afrika Utara.
Nah, tentu saja sepak bola bukan permainan seperti Russian Roulette. Sepak bola bukan untung-untungan. Sepak bola adalah permainan yang tergantung kepada kerja sama tim, ditopang oleh fisik yang prima, dan kemampuan mengolah bola.
Kalaupun ada kemiripan dengan Russian Roulette, lebih kepada sebuah tembakan bola yang dapat menjungkalkan lawannya. Ketika Russian Roullete hanya berbekal satu peluru, maka kiranya hanya cukup satu gol untuk memenangkan pertandingan di final Piala Dunia.
Kiranya, hanya cukup satu gol untuk memenangkan pertandingan di final Piala Dunia.
Tengok saja empat tahun di Brazil, Jerman menang dari Argentina dengan skor hanya 1-0. Hanya dengan "peluru" Goetze, Jerman menjadi juara dunia. Tidak perlu banyak gol.
Di final Piala Dunia 2014, Spanyol mengalahkan Belanda dalam perpanjangan waktu juga hanya dengan satu tembakan gol dari Andres Iniesta. Gol Iniesta ini terjadi hanya empat menit sebelum pertandingan usai.
Tentu, tidak mudah untuk memprediksi skor final Piala Dunia 2018. Namun, berkaca pada final-final piala-piala dunia sebelumnya maka skornya tidak terlau besar. Ini disebabkan kedua tim yang bertemu di final umumnya memiliki kekuatan yang sama.
Di final Piala Dunia Korea Selatan-Jepang 2002, Brazil mengalahkan Jerman juga hanya dengan skor 2-1.
Sementara di final Piala Dunia Jerman 2006, skor akhir antara Italia vs Perancis tetap 1-1 meski telah ditambah dengan perpanjangan waktu. Pada akhirnya, adu tendangan penalti yang menguntungkan Italia dengan hasil akhir 5-3.
Hasil imbang juga terjadi dalam final Piala Dunia di Amerika Serikat 1994 antara Italia vs Brazil dengan skor 0-0. Yang akhirnya, diselesaikan melalui adu tendangan penalti.
Mari sekarang kita nantikan, apakah kelak akan terjadi final Piala Dunia 2018 dengan perbedaan skor hanya satu gol antara kedua finalis? Yang pasti sepak bola adalah olahraga, bukan Russian Roulette.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar