KOMPAS/HERU SRI KUMORO

Papan petunjuk menuju Tempat Pemungutan Suara terpasang di sudut gang Kampung Bekelir, Kelurahan Sukasari, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang, Selasa (26/6/2018). Warga Kota Tangerang akan memilih Walikota dan Wakil Walikota Tangerang untuk masa lima tahun ke depan.

Reformasi memberikan hadiah kepada rakyat untuk memilih sendiri pemimpinnya. Rabu ini, lebih dari 152 juta pemilih akan menggunakan hak pilihnya.

Pemerintah memberikan "kemewahan" dengan menetapkan 27 Juni 2018 sebagai hari libur nasional meski pilkada digelar tidak secara nasional, hanya di 171 wilayah. Undang-undang menyatakan, hari pemungutan suara adalah hari libur atau hari yang diliburkan. Penetapan hari libur nasional mengundang kritik karena bakal mengurangi produktivitas setelah libur panjang Lebaran. Namun, itu telah menjadi keputusan politik.

Tidak ada jalan lain, kemewahan libur hari pemungutan suara haruslah kita manfaatkan dengan penuh tanggung jawab untuk memilih sendiri pemimpin. Inilah esensi dasar kedaulatan rakyat. Rakyat berdaulat untuk memilih pemimpinnya. Pemimpin yang diyakininya bakal membawa daerahnya menjadi lebih baik, pemimpin yang rekam jejaknya jelas dan komitmennya terhadap kemajemukan bangsa tidak perlu diragukan lagi, pemimpin yang konsisten antara kata dan perbuatan. Kondisi seperti ini tak mungkin kita dapatkan pada masa Orde Baru ketika pemilihan kepala daerah diserahkan dan dilakukan oleh DPRD.

Hak memilih adalah hak asasi manusia yang dijamin konstitusi. Tidak boleh ada masalah administratif yang menghambat rakyat untuk memilih pemimpinnya, sejauh mereka memang sudah mempunyai hak pilih. Kartu tanda penduduk (KTP) pun seharusnya bisa digunakan untuk memilih sebagaimana pernah diputuskan Mahkamah Konstitusi.

Kita berharap pilkada betul-betul mewujud menjadi pesta demokrasi yang menggembirakan, bukan petaka demokrasi yang membelah bangsa. Perbedaan pilihan politik dalam pilkada jangan sampai membawa bangsa atau daerah kian terbelah. Dalam kontestasi setiap pilkada pasti akan ada yang terpilih dan ada yang tidak terpilih. Apa pun hasilnya, suara rakyat telah diberikan hari ini dan kita semua harus menghormati.

Kita sungguh berharap pilkada akan melahirkan pemimpin-pemimpin daerah yang bukan semata-mata haus kekuasaan, melainkan pimpinan daerah yang memang sungguh-sungguh ingin melayani rakyatnya dan membangun daerahnya. Kekuasaan yang bakal diperoleh bukanlah semata-mata untuk dinikmati mereka sendiri, melainkan bagaimana menggunakan kekuasaan itu untuk seluruh rakyat dan bukan hanya warga yang memilihnya.

Dibutuhkan kebesaran hati dari calon-calon pemimpin di daerah untuk kembali merangkul para pesaingnya dan seluruh rakyat. Setelah rakyat bersuara, pemimpin terpilih harus segera mengambil prakarsa untuk kembali mengajak rakyat bersatu guna membangun daerahnya.