AFP/ATTA KENARE

Seorang pria melihat surat kabar yang memuat foto Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada halaman depan, di Teheran, Iran, 31 Juli 2018. Garda Revolusi mengaku melakukan latihan perang dalam rangka menguji kesiapan menghadapi ancaman musuh. Latihan perang berlangsung di tengah sejumlah unjuk rasa akibat kondisi ekonomi Iran yang sulit.

Wakil Gubernur Bank Sentral Iran Ahmad Araghchi ditangkap terkait anjloknya nilai mata uang Iran, riyal, yang memicu gelombang unjuk rasa di Iran.

Amerika Serikat kembali menerapkan sanksi terhadap Iran mulai Senin (6/8/2018) yang dibekukan oleh Presiden Barack Obama pada 2015 menyusul kesepakatan enam negara besar di dunia. Presiden Perancis Emmanuel Macron sempat bertemu dengan Presiden AS Donald Trump untuk memintanya membatalkan pemberlakuan kembali sanksi itu. Namun, Trump bergeming atas keputusannya.

Seperangkat sanksi AS yang sempat dikurangi oleh Presiden Obama antara lain terkait dengan sektor otomotif, emas, dan logam penting lainnya. Sanksi yang diperbarui Trump menargetkan industri minyak Iran dan sektor perbankan akan dilanjutkan pada 4 November 2018.

Menyusul rencana sanksi itu, mitra luar negeri Iran mulai menarik diri. Akibatnya, perekonomian Iran terus merosot hingga nilai tukar riyal merosot tajam terhadap dollar AS. Nilai mata uang Iran anjlok lebih dari 50 persen pada semester pertama 2018. Di awal tahun, Pemerintah Iran menetapkan nilai tukar riyal 42.000 per dollar AS. Akan tetapi, di akhir Juni sudah menjadi 90.000 riyal di pasar gelap.

Pekan lalu, Presiden Hassan Rouhani memecat Gubernur Bank Sentral Iran Valiollah Seif. Seif digantikan oleh Abdolnaser Hammati, mantan Kepala Asuransi Iran. Ada kebijakan baru dari Hammati terkait dengan valuta asing yang pada April lalu dipatok 42.000 riyal per dollar AS. Padahal, pematokan inilah yang menyebabkan valuta asing lari ke luar (capital outflow) dan nilai tukar riyal Iran terus merosot dan bergerak liar di pasar gelap.

Dalam pidato di televisi, Senin kemarin, Hammati menegaskan, tempat penukaran uang legal diperbolehkan menjual dan membeli valuta asing. Ia mengkritik pematokan kurs riyal terhadap dollar AS yang disebutnya sebagai "masalah serius" bagi Iran. Hammati mengemukakan, nilai ekspor nonminyak Iran sekitar 15 miliar dollar AS antara April dan Juli.

"Kami menghadapi perang ekonomi dan pemerintahan AS memberlakukan lagi sanksi dan terus mencoba meningkatkan sanksi itu. Tetapi, pemerintah kami sangat kuat dan dapat membuka perdagangan valuta di hari yang sama," katanya.

Selain menghadapi merosotnya ekonomi, Presiden Rouhani mendapat kritik dari kelompok konservatif yang memintanya segera menangani masalah korupsi. Minggu kemarin, kabinet Rouhani mengumumkan peraturan yang memudahkan pembelian valuta asing. "Koruptor harus dibawa ke pengadilan," ujar Ayatullah Hossein Nouri-Hamedani, salah satu pemimpin religius berpengaruh di Iran.