ARSIP PRIBADI

Samsuridjal Djauzi

Kakak saya laki-laki berumur 56 tahun baru saja didiagnosis dokter menderita darah tinggi dengan komplikasi pembengkakan jantung. Untunglah, pada pemeriksaan tidak didapatkan komplikasi perdarahan retina, gagal ginjal, ataupun gangguan sirkulasi darah otak. Beliau sekarang harus menjalani gaya hidup sehat, mengurangi makan garam dan lemak, serta harus berolahraga secara teratur.

Dia juga harus minum dua macam obat penurun tekanan darah secara teratur. Menurut dokter, obat itu tidak boleh dihentikan agar tekanan darah terkendali. Sekarang tekanan darahnya sudah 130/80 mmHg. Menurut dokter, tekanan darah itu sudah bagus karena target penurunan tekanan darah pada kakak saya adalah 140/90 mmHg.

Karena kakak saya menderita tekanan darah, saya mengukurkan tekanan darah saya di sebuah mal. Hasilnya 150/90. Saya menjadi khawatir dan segera berkonsultasi kepada dokter. Dokter meminta saya beristirahat barulah mengukur tekanan darah saya, ternyata hanya 130/85. Dokter meminta saya mengulang kembali pengukuran tekanan darah saya seminggu berikutnya.

Saya sendiri kemudian membeli alat pengukur tekanan darah agar keluarga saya di rumah dapat memantau tekanan darah mereka. Namun, latar belakang pendidikan saya bukan kesehatan, karena itu saya kurang memahami cara mengukur tekanan darah yang baik secara mandiri.

Saya ingin mendapat informasi kapan seseorang dinyatakan menderita darah tinggi. Sudah tentu tidak kalah pentingnya, bagaimana gaya hidup keluarga kami agar terhindar dari penyakit darah tinggi.

Dulu ketika ayah saya menderita darah tinggi, dokter menganjurkan agar tidak mengonsumsi garam. Namun, belakangan dokter yang baru mengizinkan konsumsi garam terbatas. Berapa gram garam yang boleh dikonsumsi penderita darah tinggi?

Mohon dapat dijelaskan juga bagaimana cara memeriksa tekanan darah mandiri secara benar. Jika seseorang tidak menderita tekanan darah tinggi, berapa lama sekali dia harus ke dokter untuk mengukur tekanan darahnya?

Saya menanyakan hal ini karena pengobatan tekanan darah tinggi umumnya seumur hidup. Jadi, sebelum mulai terapi, sebaiknya pasien benar-benar memang menderita darah tinggi, bukan tekanan darahnya tinggi, melainkan hanya sewaktu itu saja. Terima kasih atas penjelasan Dokter.

M di J

Saya setuju dengan pendapat Anda. Pertama, kita semua harus peduli pada masalah tekanan darah tinggi (hipertensi) karena hasil riset kesehatan dasar kita tahun 2013 menunjukkan, hipertensi sering didapati di masyarakat Indonesia. Di beberapa daerah, kekerapan penderita hipertensi pada orang dewasa dapat mencapai 20 persen.

Semakin tua usia, semakin tinggi risiko menderita hipertensi. Hipertensi dapat dibagi menjadi hipertensi esensial yang tak diketahui penyebabnya dan hipertensi sekunder yang dapat ditemukan penyebabnya, misalnya penyempitan pembuluh darah ginjal.

Pada hipertensi sekunder, jika penyebabnya dapat dikoreksi, tekanan darah akan dapat kembali normal. Penyebab hipertensi esensial tidak diketahui, biasanya kejadian hipertensi pada keluarga merupakan faktor risiko.

Diagnosis hipertensi dibuat oleh dokter. Jadi, jika pada pemeriksaan tekanan darah didapatkan tinggi, dianjurkan agar berkonsultasi dengan dokter untuk konfirmasi dan jika memang ada hipertensi dokter akan mengadakan penilaian apakah sudah ada komplikasi atau penyakit lain yang biasa menyertai hipertensi.

Sebaiknya jangan mendiagnosis hipertensi sendiri apalagi mengobati hipertensi sendiri tanpa bimbingan dokter. Jika dokter mendiagnosis hipertensi, akan dijelaskan upaya nonfarmakologis dan farmakologis (menggunakan obat) untuk mengendalikan hipertensi. Dokter biasanya akan mengadakan pemeriksaan ulangan jika hipertensi tidak terlalu tinggi.

Pada pemeriksaan ulangan tersebut, pasien dalam keadaan istirahat sedikitnya 5 menit, tidak merokok, serta tidak minum kopi 1 jam sebelum pengukuran, juga tidak boleh berolahraga 30 menit sebelum pengukuran. Hal-hal tersebut akan memengaruhi hasil pengukuran tekanan darah.

Alat pengukur tekanan darah juga harus sering dikalibrasi. Manset yang mengelilingi lengan harus sesuai dengan besarnya lengan. Pada orang gemuk yang lingkar lengannya besar harus digunakan manset yang sesuai.

Sekarang tersedia pengukur tekanan darah otomatis dan pengukur tekanan darah yang menggunakan stetoskop. Kedua alat ini dapat digunakan.

Pada orang muda, pengukuran tekanan darah jika normal dapat diulang setahun sekali. Namun, pada usia lanjut karena risiko hipertensi lebih besar, pengulangan harus lebih sering.

Pada umumnya dokter menggunakan kesempatan untuk mengukur tekanan darah pasien sewaktu memeriksa pasien. Ini baik karena acapkali pasien terdiagnosis hipertensi meski sebenarnya datang untuk keluhan sakit pencernaan atau sakit kulit.

Gaya hidup sehat pada hipertensi sebenarnya sama dengan gaya hidup sehat pada umumnya. Konsumsi makanan yang seimbang, olahraga teratur, serta hindari rokok, alkohol, zat pengawet, serta zat adiktif.

Penderita hipertensi harus mengurangi konsumsi garam (natrium) jangan melebihi 1.400 mg sehari. Jika konsumsi kalium ditingkatkan, dapat menurunkan kadar natrium.

Makanan yang banyak mengandung kalium adalah kacang, kentang, ikan, avokad, jamur, dan pisang. Makanlah lebih sering makanan segar, hindari makanan yang diawetkan.

Makanan yang banyak mengandung natrium adalah kentang goreng (french fries) dan mi instan. Sebaiknya jika membeli makanan, lihat label komposisinya, termasuk kalori dan natriumnya.

Pelihara mikroba usus dengan yogurt, kefir, dan keju. Minum vitamin D dan omega 3 juga baik untuk hipertensi. Lakukan gerak badan sedikitnya 30 menit sehari, lima hari dalam seminggu.

Selain gaya hidup sehat untuk kesehatan fisik, kita juga harus memperhatikan kesehatan jiwa. Jika ada stres, penderita harus dibantu untuk mengatasi keadaan stresnya.

Pemantauan hasil terapi dapat dilakukan dengan berkonsultasi dengan dokter yang mengobati. Dokter akan memberi tahu kapan harus berkonsultasi kembali. Jika keadaan terkendali, mungkin konsultasi cukup dilakukan sebulan sekali, bahkan mungkin dua bulan sekali.

Pemantauan ini bermanfaat selain untuk menilai hasil pengendalian hipertensi juga untuk mengamati kemungkinan terjadinya komplikasi serta masalah kesehatan lain karena dokter tentu bukan hanya bertujuan mengendalikan tekanan darah saja, melainkan juga ingin tingkat kesehatan pasien secara keseluruhan meningkat.

Salah satu hal yang cukup penting diperhatikan adalah berat badan. Jika pasien memiliki berat badan berlebih atau obesitas, berat badan perlu diturunkan ke arah normal.

Jika berat badan dapat diturunkan, biasanya tekanan darah juga ikut terkendali. Dokter juga akan memantau pemeriksaan fungsi ginjal, keadaan jantung, serta keadaan gula darah dan lemak darah.

Pengendalian tekanan darah adalah pintu masuk untuk memelihara kesehatan pasien secara menyeluruh. Di mana peran pemeriksaan tekanan darah mandiri? Pasien dapat melakukan pemeriksaan tekanan darah mandiri di rumah sehingga dapat memantau keberhasilan pengendalian tekanan darahnya.