Saya percaya bahwa Anda pernah merasakan kebosanan yang sangat terhadap banyak hal. Belakangan saya merasakan bosan dengan hidup saya. Entah mengapa, saya merasa hidup saya hanya begitu-begitu saja.

Legawa

Saya sempat berpikir apakah kebosanan itu karena sekarang saya mampu legawa terhadap hidup ini? Saya membaca dalam kamus bahasa Indonesia bahwa legawa berarti dapat menerima keadaan atau sesuatu yang menimpa dengan tulus hati dan juga berarti ikhlas dan rela.

Sekarang saya menerima dengan ikhlas, tulus, dan rela bahwa saya memang bukan orang pandai, bukan orang yang tampan, bukan orang yang kaya meski saya sudah kerja keras sampai semua saya banting, dan tak hanya tulang saja yang saya banting.

Saya menerima dengan ikhlas, tulus, dan rela dilahirkan dengan otak pas-pasan. Pas untuk dicemooh, maksudnya. Saya menerima kalau saya menderita berbagai penyakit yang pernah membuat saya berucap, apakah saya dilahirkan hanya sebagai sarang penyakit yang bukan karena ulah saya?

Saya kesalnya setengah mati karena dengan punya banyak "aset" bernama penyakit, saya tak bisa ikut lomba lari seperti orang lain, saya tak bisa mendaki gunung dan bukit. Lha wong naik tangga waktu mencoba MRT saja saya sudah ngos-ngosan.

Sehingga di suatu saat saya bepergian ke Labuan Bajo, saya hanya mampu melihat teman- teman saya bisa naik ke puncak bukit dan melihat keindahan pulau dan lautnya. Saya hanya duduk di kaki bukit menunggu mereka turun dan kehilangan kesempatan menikmati indahnya negeri ini.

Saya menerima dengan ikhlas, tulus, dan rela kalau sepanjang hidup saya tak punya pasangan dan kesepian. Masalahnya, bukan hanya soal kesepian. Sendiri itu memang menyenangkan, tetapi ada banyak hal ketika saya membutuhkan masukan atau pendapat untuk mencari solusi dalam berbagai masalah, saya harus berpikir sendiri. Saya tak bisa mengganggu orang lain karena mereka juga memiliki begitu banyak masalah yang harus diselesaikan.

Saya menerima bahwa untuk menjadi sukses perlu kuat dalam tekanan. Saya menerima dengan ikhlas, tulus, dan rela bahwa saya tak sekuat para konglomerat dan tokoh dunia yang super sukses. Padahal, cita-cita saya dulu adalah menjadi orang sukses seperti para konglomerat itu.

Lembek

Ketika saya bisa menerima dengan ikhlas, rela, dan tulus, anehnya saya menjadi orang yang hanya melakoni hidup ini setiap hari tanpa memiliki cita-cita yang tinggi, tanpa ambisi lagi. Saya jadi merasa kok kelegawaan itu melemahkan saya.

Dulu, waktu saya masih muda, masih memiliki semangat tinggi dan masih belum legawa, belum dapat melihat bahwa hidup ini semua sudah diatur jalannya, saya melakukan perlawanan yang sangat.

Dulu, saya tak mengenal perkataan semua sudah diatur jalannya. Kalau saya tak menemukan jalannya, ya, saya akan menemukannya dengan berbagai cara. Saya tak mudah menyerah untuk mendapatkan sesuatu. Bahkan, saya tak pernah mengenal pandangan bahwa rezeki dan perjalanan hidup itu sudah diatur semuanya.

Dulu, saya berpikir hidup itu harus diperjuangkan untuk mendapatkan apa yang saya mau. Karena saya berpikir kalau orang lain bisa, saya juga pasti bisa. Itu mengapa semasa masih menjadi kuli tinta di sebuah majalah wanita, saya berusaha dengan keras untuk mendapat kesempatan mewawancarai perancang mode terkenal dunia.

Pada masa itu ambisi saya begitu besar, saya ingin menunjukkan bahwa kalau majalah luar bisa mendapat wawancara itu, mengapa saya tidak. Sebuah masa muda yang tak ada lelahnya. Hidup rasanya tak ada bosannya. Selalu ada saja yang harus dicapai.

Penuh ambisi, penuh iri hati yang memicu untuk dapat mencapai seperti yang dicapai orang lain. Tetapi, sekarang, semakin lama saya hidup dan mengamati kehidupan, saya tahu bahwa prinsip kalau sana bisa, sini juga bisa, justru membuat saya frustrasi.

Karena akhirnya saya mengerti bahwa perjalanan hidup dan rezeki setiap orang itu sudah ditentukan dan berbeda dari apa yang saya miliki. Saya boleh saja ingin tampan, tetapi saya lahir tidak tampan. Saya boleh saja ingin jadi konglomerat, tetapi saya dilahirkan dengan infrastruktur yang bukan konglomerat.

Sekarang saya rela, saya ikhlas dan tulus. Buat apa saya berambisi untuk mendapatkan sesuatu yang bukan rezeki saya. Maka, saya menjalani mengikuti saja detak kehidupan yang disodorkan setiap hari.