Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 12 November 2019

TAJUK RENCANA: Rusia dan Misinya di Afrika (Kompas)

Afrika menjadi arena baru untuk perebutan negara-negara kekuatan utama dunia. Terbaru, Rusia telah bulat "menggarap" Afrika dalam radar kebijakan luar negerinya.

Perbincangan soal kebijakan "menggarap" Afrika itu menarik bagi kita di Indonesia. Secara kebetulan, Pemerintah Indonesia belakangan juga fokus memperdalam ceruk pasar perdagangan di negara-negara Afrika. Dalam dua tahun terakhir, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri rutin menggelar forum dialog Indonesia-Afrika, keduanya berlangsung di Bali. Tidak main-main, seperti dilontarkan Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi, tekad ambisius dicanangkan untuk menjadikan Indonesia sebagai jembatan penghubung (hub) antara Afrika dan Asia!

Jangkauan Indonesia ke Afrika tentu tidak akan sebesar dan seluas ambisi Rusia. Indonesia bakal lebih fokus pada hubungan perdagangan dengan titik berat pada kerja sama pembangunan infrastruktur. Rusia memperluas jangkauan di Afrika dari segi hubungan ekonomi, militer, teknologi, hingga pengaruh geopolitik. Tidak perlu ada kekhawatiran bahwa proyek baru garapan Indonesia di Afrika bakal bersaing secara langsung dengan proyek Rusia.

Rusia mengombinasikan kebijakan pembebasan utang, pasokan persenjataan, dan keahlian bidang pertahanan.

Meski demikian, perlu kiranya melihat bagaimana Rusia memproyeksikan kebijakan luar negerinya di Afrika. Rusia berusaha mengembalikan pengaruh yang dulu pernah ditanam Uni Soviet di Afrika. Momentum awalnya adalah perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi Rusia-Afrika di Sochi, Rusia, yang dihadiri Presiden Rusia Vladimir Putin dan 45 dari 54 pemimpin negara Afrika.

Upaya Rusia untuk serius menggarap Afrika telah dibangun dalam waktu lebih dari tiga tahun terakhir. Bahkan, dalam satu dekade terakhir, Kremlin perlahan-lahan sudah membangun kembali jaringan lamanya. Putin, misalnya, berkunjung ke Aljazair, Afrika Selatan, Maroko yang—bersama Mesir—menjalin hubungan dekat dengan Moskwa. Penerusnya, Dmitry Medvedev, juga melawat ke Angola, Namibia, Nigeria. Tahun ini Menlu Rusia menggelar tur keliling ke lima negara Afrika, sedangkan Putin terbang ke Johannesburg untuk menghadiri KTT BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) yang juga dihadiri Angola, Rwanda, Senegal, dan Uganda.

Bagi Rusia, tidak ada beban sejarah di Afrika. Moskwa tak pernah menjadi kekuatan kolonial di benua itu. Guna memperluas jangkauan di Afrika, Rusia mengombinasikan kebijakan pembebasan utang, pasokan persenjataan, dan keahlian bidang pertahanan.

Bagi negara-negara Afrika, kehadiran Rusia menambah opsi dan kartu persaingan yang bisa mereka mainkan dalam berhubungan dengan Eropa dan China, yang sudah lebih kuat pengaruhnya. Kita berharap kehadiran negara-negara kekuatan utama di Afrika tidak menjadikan benua itu sebagai arena perlombaan memasarkan persenjataan. Kehadiran mereka semestinya memacu pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan di Afrika. Semoga.

Kompas, 12 November 2019

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger